Umarkembali mengalihkan pandangan kepada majikan yang memiliki dua budak yang telah mencuri onta itu, dan berkata "Bayar 800 Had, kamu juga harus membayar denda atas perbuatan budakmu," kata Umar. Begitulah cara Umar menyelesaikan sangketa yang terjadi pada umat Muslim di masa kekhalifahannya. Umar terkenal dengan sikapnya yang tegas dan adil. Bagaimana Proses Pemilihan Umar Bin Khattab Sebagai Khalifah – Pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah merupakan salah satu keputusan penting dalam sejarah Islam. Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang paling dicintai dan dihormati. Dia memiliki banyak kualitas yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang baik, seperti ketegasan, kejujuran, keadilan, dan kemampuan untuk menangani masalah. Proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah dimulai dengan pemilihan Abu Bakar sebagai Khalifah pertama Rasulullah. Setelah Abu Bakar meninggal, umat Islam mengadakan rapat untuk memilih pemimpin baru. Saat itu, Umar bin Khattab merupakan salah satu yang paling disukai. Umar bin Khattab berbicara di depan para sahabat Nabi Muhammad dan menyatakan bahwa ia tidak akan menerima kepemimpinan jika tidak ada yang menyukainya. Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak ingin mencari kedudukan karena keinginannya sendiri. Segera setelah Umar bin Khattab menyampaikan pendapatnya, para sahabat Nabi Muhammad pun punya kesepakatan untuk mengumumkan Umar bin Khattab sebagai Khalifah. Keberanian dan ketegasan Umar bin Khattab dalam mempertahankan pendapatnya membuat para sahabat Nabi Muhammad memberikan pengakuan atas kepemimpinannya. Selanjutnya Umar bin Khattab melakukan banyak hal untuk memperkuat pemerintahannya. Dia memperkenalkan berbagai peraturan baru yang meningkatkan keselamatan dan keadilan. Dia juga memperkuat posisi politik dan ekonomi Islam. Hal ini membuat masa pemerintahan Umar bin Khattab menjadi masa keemasan untuk umat Islam. Kepemimpinan Umar bin Khattab selama belasan tahun membuktikan kepribadian dan kualitasnya sebagai pemimpin. Hal ini menjelaskan mengapa pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah menjadi pemilihan penting dalam sejarah Islam. Ia memiliki kualitas yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang baik. Kepemimpinannya membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi umat Islam. Daftar Isi 1 Penjelasan Lengkap Bagaimana Proses Pemilihan Umar Bin Khattab Sebagai 1. Proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah dimulai setelah pemilihan Abu Bakar sebagai Khalifah 2. Umat Islam mengadakan rapat untuk memilih pemimpin baru setelah Abu Bakar 3. Umar bin Khattab menyatakan bahwa ia tidak akan menerima kepemimpinan jika tidak ada yang 4. Para sahabat Nabi Muhammad pun punya kesepakatan untuk mengumumkan Umar bin Khattab sebagai 5. Umar bin Khattab melakukan banyak hal untuk memperkuat pemerintahannya, seperti memperkenalkan peraturan baru, memperkuat posisi politik dan ekonomi 6. Keberanian dan ketegasan Umar bin Khattab dalam mempertahankan pendapatnya membuat para sahabat Nabi Muhammad memberikan pengakuan atas 7. Kepemimpinan Umar bin Khattab membuktikan kepribadian dan kualitasnya sebagai 8. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah menjadi penting dalam sejarah Islam karena ia memiliki kualitas yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang baik. 1. Proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah dimulai setelah pemilihan Abu Bakar sebagai Khalifah pertama. Proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah dimulai setelah pemilihan Abu Bakar sebagai Khalifah pertama. Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar telah dipilih oleh bangsa Arab sebagai Khalifah pertama dan penguasa Islam yang pertama. Sejak itu, Umar bin Khattab telah diangkat menjadi salah satu pemimpin utama dalam pemerintahan Islam. Setelah Abu Bakar meninggal, Umar bin Khattab mengambil alih pemerintahan dengan menjadi Khalifah kedua. Proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah dimulai dengan sejumlah orang yang mengumpulkan diri di Madinah untuk memilih Khalifah baru. Sebagian besar orang yang hadir di Madinah adalah sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang bersamanya dalam peperangan melawan orang-orang kafir. Pada saat itu, ada beberapa calon yang dipertimbangkan untuk diangkat menjadi Khalifah selanjutnya. Proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah dimulai dengan beberapa orang yang menyarankan Umar bin Khattab untuk menjadi Khalifah. Mereka menyarankan Umar karena kualitas dan kepribadian yang dimilikinya. Keputusan untuk memilih Umar bin Khattab sebagai Khalifah kemudian disetujui oleh sejumlah orang yang hadir di Madinah. Setelah Umar bin Khattab terpilih menjadi Khalifah, ia langsung mengambil tindakan untuk meningkatkan pemerintahan kota Madinah. Umar bin Khattab membuat kebijakan-kebijakan yang mampu meningkatkan kualitas pemerintahan yang lebih baik. Ia juga memperkuat ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, Umar bin Khattab juga membuat berbagai peraturan yang dapat mencegah penindasan dan pembunuhan. Ia juga membuat kebijakan yang mengatur tentang hukum dan pengadilan. Umar bin Khattab juga menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan antar warga negara. Umar bin Khattab juga memperluas wilayah pemerintahannya dengan menaklukkan wilayah-wilayah di sekitar Madinah. Ia juga berhasil menjatuhkan kerajaan Persia, yang pada saat itu merupakan salah satu kerajaan terkuat di dunia. Dengan demikian, Umar bin Khattab telah berhasil memperluas pengaruh pemerintahannya di seluruh dunia. Karena kepemimpinan yang ditunjukkan oleh Umar bin Khattab, ia dikenal sebagai salah satu pemimpin terbaik dalam sejarah Islam. Ia juga dikenal sebagai pemimpin yang adil, jujur, dan tulus. Keberhasilan Umar bin Khattab dalam menjalankan pemerintahan telah membuatnya dihormati dan dipuja oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW dan juga masyarakat Arab pada saat itu. Oleh karena itu, proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah Islam. Proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah ini menandakan bahwa pemerintahan Islam telah berkembang dan berhasil menaklukkan beberapa wilayah di sekitar Madinah. Ia juga telah berhasil memperkuat ekonomi dan meningkatkan kualitas pemerintahan yang lebih baik. 2. Umat Islam mengadakan rapat untuk memilih pemimpin baru setelah Abu Bakar meninggal. Setelah Abu Bakar meninggal, tindakan yang diambil oleh Umat Islam adalah mengadakan rapat untuk memilih pemimpin baru. Rapat ini diselenggarakan di sebuah masjid di Madinah. Pada rapat ini, Ali bin Abi Thalib diwakili oleh Syu’bah bin Raafi’, dan Umar bin Khattab diwakili oleh Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Rapat ini diselenggarakan untuk menentukan siapa yang akan menjadi Khalifah berikutnya. Pada rapat ini, Ali bin Abi Thalib mengungkapkan pendapatnya bahwa ia layak menjadi Khalifah, tetapi beberapa orang yang hadir tidak setuju dengan pandangannya. Beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW juga menyatakan bahwa Umar bin Khattab mungkin lebih tepat untuk memimpin Umat Islam. Mereka mengutip hadits yang diriwayatkan dari Nabi SAW, yang menyatakan bahwa ā€œUmar adalah petunjuk.ā€ Setelah mendengarkan pandangan dari Ali bin Abi Thalib dan sahabat Nabi SAW, para hadirin akhirnya memutuskan bahwa Umar bin Khattab adalah yang terbaik untuk menjadi Khalifah berikutnya. Hal ini dikonfirmasi oleh Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, yang merupakan perwakilan Umar bin Khattab di rapat tersebut. Setelah itu, para hadirin memutuskan untuk mengumumkan secara resmi Umar bin Khattab sebagai Khalifah. Keputusan para hadirin untuk mengumumkan Umar bin Khattab sebagai Khalifah ini membuktikan kesetiaan dan pengakuan Umat Islam terhadap kepemimpinan Umar. Sejak saat itu, Umar bin Khattab memimpin Umat Islam dengan keteladan dan keadilan sampai kematiannya. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah ini membuktikan bahwa Umat Islam sangat menghormati dan memiliki kepercayaan yang kuat terhadap kepemimpinannya. 3. Umar bin Khattab menyatakan bahwa ia tidak akan menerima kepemimpinan jika tidak ada yang menyukainya. Kepemimpinan Umar bin Khattab sebagai Khalifah adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah dimulai saat kematian Nabi Muhammad SAW. Saat itu, umat Islam sangat bingung tentang siapa yang akan menjadi penggantinya. Pertama, para sahabat Nabi Muhammad SAW berkumpul untuk berdiskusi tentang siapa yang akan menggantikan Nabi Muhammad SAW. Mereka menyadari bahwa mereka harus memilih seseorang yang tidak hanya mampu menyelesaikan tugas-tugas keras yang dihadapi oleh umat Islam, tetapi juga dapat memimpin umat Islam dengan baik dan benar. Setelah banyak diskusi, nama Umar bin Khattab disebutkan sebagai salah satu kandidat yang potensial untuk menggantikan Nabi Muhammad SAW. Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang memiliki banyak pengalaman dan keahlian. Ia juga dikenal sebagai orang yang tegas dan berani. Ketika Umar bin Khattab diberi tawaran untuk menjadi Khalifah, ia menolaknya dengan tegas. Ia menyatakan bahwa ia tidak akan menerima kepemimpinan jika tidak ada yang menyukainya. Ia juga menyatakan bahwa ia tidak akan menerima kepemimpinan jika tidak ada yang mengakui bahwa kepemimpinannya akan lebih baik daripada yang lain. Akhirnya, para sahabat Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk meminta bantuan orang lain untuk mendukung kepemimpinan Umar bin Khattab. Mereka meminta bantuan Abu Bakr, yang merupakan sahabat Nabi Muhammad yang paling dekat dengannya. Abu Bakr meminta kepada Umar bin Khattab untuk menerima jabatan tersebut sebagai Khalifah. Umar bin Khattab pun akhirnya menerima. Ia diangkat sebagai khalifah dan memerintah umat Islam selama 10 tahun. Sejak saat itu, Umar bin Khattab memiliki banyak pengaruh dan reputasi yang baik di kalangan umat Islam. Ia juga menyumbangkan banyak usaha untuk memajukan agama dan membantu umat Islam. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah adalah proses yang panjang dan rumit. Para sahabat Nabi Muhammad SAW harus berdiskusi untuk memilih orang yang tepat untuk menggantikan Nabi Muhammad SAW. Umar bin Khattab sendiri menyatakan bahwa ia tidak akan menerima kepemimpinan jika tidak ada yang menyukainya. Akhirnya, ia menerima kepemimpinan setelah mendapatkan dukungan dari Abu Bakr. 4. Para sahabat Nabi Muhammad pun punya kesepakatan untuk mengumumkan Umar bin Khattab sebagai Khalifah. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah merupakan proses yang panjang dan kompleks. Ini dimulai setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, yang menyebabkan para sahabatnya diharuskan untuk menentukan seorang pemimpin baru. Para sahabat Nabi Muhammad SAW sepakat untuk memilih Umar bin Khattab sebagai Khalifah, yang akan mengatur kehidupan umat Islam. Proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah dimulai dengan para sahabat Nabi Muhammad mengundang para pemimpin muslim untuk berkumpul di Masjid saat itu. Di sana, mereka mengadakan diskusi tentang siapa yang akan menggantikan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin umat Islam. Diskusi ini berlangsung lama, dan pada akhirnya mereka sepakat untuk mengumumkan Umar bin Khattab sebagai Khalifah. Para sahabat Nabi Muhammad SAW punya kesepakatan untuk mengumumkan Umar bin Khattab sebagai Khalifah karena Umar bin Khattab memiliki kualitas yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin umat Islam. Umar bin Khattab telah menunjukkan kepemimpinannya selama berada di samping Nabi Muhammad SAW. Dia memiliki kepribadian yang kuat, tegas, dan berani, yang dianggap cocok untuk menjadi Khalifah. Selain itu, para sahabat Nabi Muhammad SAW merasa bahwa Umar bin Khattab adalah orang yang ideal untuk menggantikan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin umat Islam. Umar bin Khattab memiliki pemahaman yang dalam tentang ajaran Islam, dan dia juga telah membuktikan komitmennya terhadap ajaran Islam. Dia juga dianggap sebagai orang yang ideal untuk mewakili umat Islam di hadapan para pemimpin lain dari agama lain. Setelah para sahabat Nabi Muhammad SAW mencapai kesepakatan, Umar bin Khattab pun dipilih sebagai Khalifah. Umar bin Khattab ditetapkan sebagai Khalifah di Masjid di Madinah dan diterima sebagai pemimpin umat Islam. Dia mengatur kehidupan umat Islam sampai ia wafat pada tahun 644 M. Umar bin Khattab telah memberikan sumbangan yang besar terhadap kehidupan umat Islam, dan ia masih dihormati sebagai salah satu pemimpin terbaik Islam hingga sekarang. 5. Umar bin Khattab melakukan banyak hal untuk memperkuat pemerintahannya, seperti memperkenalkan peraturan baru, memperkuat posisi politik dan ekonomi Islam. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Umar adalah salah satu dari sahabat Nabi Muhammad SAW yang diangkat menjadi Khalifah pada tahun 634 Masehi. Setelah kematian Nabi Muhammad, para sahabat berselisih paham tentang siapa yang harus menggantikannya. Akhirnya, pada saat yang sama para sahabat secara bersama-sama menyepakati Umar sebagai Khalifah berikutnya. Umar bin Khattab memiliki beberapa keunggulan dan kemampuan yang luar biasa. Ia adalah seorang pemimpin yang tegas, berwibawa, dan bijaksana. Selain itu, ia juga sangat kuat secara fisik dan bersedia untuk menghadapi setiap cabang yang menentang pemerintahannya. Ia juga memiliki keterampilan strategi yang tajam. Sebagai Khalifah, ia juga berhasil memperluas wilayah pemerintahan Islam dan membangun pemerintahan yang kuat. Selain itu, Umar bin Khattab juga memperkenalkan beberapa peraturan baru untuk memperkuat pemerintahannya. Salah satu peraturan baru yang dibuatnya adalah peraturan tentang pajak. Ia menciptakan sistem pajak yang lebih adil dan berlaku untuk semua warga. Ia juga memperkenalkan beberapa hukuman untuk melawan tindakan kriminal, seperti pencucian uang, pencurian, dan penipuan. Selain itu, Umar bin Khattab juga berusaha memperkuat posisi politik dan ekonomi Islam. Ia menciptakan sistem moneter yang lebih baik dan juga menciptakan sistem keuangan yang lebih kuat. Ia juga meningkatkan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan menciptakan sistem perdagangan yang lebih aman. Kesimpulannya, Umar bin Khattab memiliki banyak keunggulan dan kemampuan yang luar biasa. Ia berusaha keras untuk memperkuat pemerintahannya dengan cara memperkenalkan peraturan baru, memperkuat posisi politik dan ekonomi Islam, serta memberikan perlindungan yang lebih baik kepada rakyatnya. Dengan cara yang ia lakukan, Umar berhasil menjadikan pemerintahannya menjadi lebih kuat dan teguh. 6. Keberanian dan ketegasan Umar bin Khattab dalam mempertahankan pendapatnya membuat para sahabat Nabi Muhammad memberikan pengakuan atas kepemimpinannya. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah merupakan salah satu momen penting dalam sejarah Islam. Umar bin Khattab adalah salah satu dari para sahabat Nabi Muhammad yang memiliki banyak kualitas. Salah satu dari kualitasnya yang paling dihargai ialah keberanian dan ketegasannya dalam mempertahankan pendapatnya. Hal ini membuat para sahabat Nabi Muhammad mengakui kepemimpinannya dan menjadikannya sebagai Khalifah. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah dimulai ketika Nabi Muhammad wafat pada tahun 632 Masehi. Pada saat itu, tidak ada pemimpin yang ditunjuk untuk menggantikan Nabi Muhammad. Para sahabat Nabi Muhammad berdebat tentang siapa yang harus mengambil alih kepemimpinan suci ini. Akhirnya, para sahabat Nabi Muhammad memutuskan untuk mengambil Umar bin Khattab sebagai Khalifah setelah mereka menyadari betapa hebatnya kualitasnya. Umar bin Khattab diakui oleh para sahabat Nabi Muhammad sebagai pemimpin yang sangat berdaya tahan. Dia memiliki keberanian untuk menegakkan hukum dan menegaskan kebenaran. Dia juga memiliki kesetiaan yang luar biasa terhadap agamanya. Hal ini membuat para sahabat Nabi Muhammad merasa nyaman dengan kepemimpinannya dan yakin bahwa dia dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Keberanian dan ketegasan Umar bin Khattab dalam mempertahankan pendapatnya membuat para sahabat Nabi Muhammad memberikan pengakuan atas kepemimpinannya. Mereka menghargai kesetiaan dan dedikasinya terhadap agama dan kepemimpinannya. Hal ini membuat para sahabat Nabi Muhammad yakin bahwa Umar bin Khattab adalah orang yang tepat untuk menggantikan Nabi Muhammad sebagai Khalifah. Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi Khalifah, ia menunjukan komitmennya untuk melayani umat Islam dan membawa perubahan yang positif. Dia memiliki visi untuk menciptakan masyarakat yang bersih dan sejahtera. Dia juga memperluas wilayah kekuasaan Islam dan memajukan negara Islam. Hal ini membuktikan bahwa Umar bin Khattab adalah pemimpin yang kuat dan berwibawa. Kesimpulannya, keberanian dan ketegasan Umar bin Khattab dalam mempertahankan pendapatnya membuat para sahabat Nabi Muhammad memberikan pengakuan atas kepemimpinannya. Hal ini menjadi alasan utama para sahabat Nabi Muhammad untuk mengangkat Umar bin Khattab sebagai Khalifah. Dengan kepemimpinannya, ia membawa perubahan yang positif bagi masyarakat Islam dan mengembangkan wilayah kekuasaan Islam. 7. Kepemimpinan Umar bin Khattab membuktikan kepribadian dan kualitasnya sebagai pemimpin. Umar bin Khattab adalah salah satu khalifah terbesar dalam sejarah Islam. Ia adalah khalifah kedua setelah Nabi Muhammad SAW dan menjadi pemimpin yang dihormati selama masa pemerintahannya. Pemilihan Umar sebagai khalifah dimulai setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada 632 M. Selama masa kekhalifahan Umar, berbagai perubahan besar terjadi di bawah kepemimpinannya. Ia membawa pembagian wilayah yang lebih teratur dan memperluas wilayah Islam. Proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah dimulai ketika Nabi Muhammad SAW meninggal. Saat itu, Abu Bakr, sahabat dan menantu Nabi Muhammad SAW, diangkat menjadi khalifah pertama Islam. Abu Bakr menggunakan hak suara untuk memilih Umar sebagai khalifah kedua setelah dirinya. Setelah itu, Umar bin Khattab dipilih sebagai khalifah berdasarkan suara orang-orang yang hadir dalam proses pemilihan. Di antara mereka adalah sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW, para pejabat, dan para pembesar. Suara setiap pemilih diperhitungkan dan Umar bin Khattab akhirnya dipilih sebagai khalifah. Kepemimpinan Umar bin Khattab membuktikan kepribadian dan kualitasnya sebagai pemimpin. Ia adalah sosok yang tangguh, tegas, dan berani. Ia adalah sosok yang mengutamakan keadilan dan memberikan perlindungan kepada rakyatnya. Ia juga menghargai kontribusi yang telah diberikan oleh para pengikut Nabi Muhammad SAW. Kepemimpinan Umar bin Khattab juga memberikan banyak contoh kepada umat Islam. Ia adalah sosok yang berdedikasi dan menjadi teladan dengan cara hidupnya. Ia menciptakan berbagai peraturan baru yang bertujuan untuk meningkatkan kesetaraan dan kesejahteraan rakyatnya. Ia juga memungkinkan perdagangan antar negara dan menciptakan sistem keuangan yang baik. Kepemimpinan Umar bin Khattab juga dikenal karena kepemimpinannya dalam ekspansi wilayah Islam. Ia memperluas wilayah Islam ke beberapa negara dan meningkatkan ekonomi, sosial, dan politik wilayah tersebut. Ia juga mengenalkan berbagai konsep baru dan memastikan bahwa hukum Islam diikuti dengan ketat. Kepemimpinan Umar bin Khattab telah menjadi salah satu contoh terbaik bagi umat Islam. Ia menunjukkan bahwa ia adalah seorang pemimpin yang bijaksana dan berdedikasi. Ia membuktikan bahwa ia dapat memimpin dengan baik dengan mengikuti nilai-nilai keadilan dan keadilan. Dengan demikian, pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah telah membuktikan bahwa ia memiliki kualitas dan pribadi yang luar biasa sebagai seorang pemimpin. 8. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah menjadi penting dalam sejarah Islam karena ia memiliki kualitas yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang baik. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam. Pada tahun 632 M, Nabi Muhammad SAW wafat, meninggalkan kekosongan di tengah-tengah masyarakat Muslim yang sedang berkembang. Setelah berbagai diskusi dan perdebatan, khalifah pertama Islam, Abu Bakr, dipilih sebagai pengganti Nabi Muhammad SAW dan menjadi Imam pertama dalam Islam. Setelah Abu Bakr, ia dipilih untuk menjadi khalifah berikutnya, dan ia memilih Umar bin Khattab sebagai penerusnya. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah adalah langkah yang tepat karena ia memiliki kemampuan yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang baik. Umar bin Khattab adalah seorang yang berani dan tegas, yang memiliki kemampuan untuk menghadapi berbagai masalah yang dihadapi oleh komunitas Muslim. Selain itu, ia juga memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dan berdaya saing. Ia sangat berdedikasi terhadap agama Islam dan berupaya untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai yang dianutnya. Umar bin Khattab juga memiliki kemampuan untuk memimpin orang-orang yang berbeda dan menangani berbagai konflik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Ia memiliki kemampuan untuk memahami persoalan dari sudut pandang yang berbeda dan menemukan solusi yang terbaik untuk masalah tersebut. Ia juga dikenal sebagai seorang yang tulus dan adil, meskipun ia sering kritis dan keras dalam berbicara. Ia juga dikenal sebagai seorang yang bijaksana dan berpengalaman, yang memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dalam situasi yang sulit. Selain itu, Umar bin Khattab juga memiliki kemampuan untuk mengatur dan mengelola pemerintahan, membangun ekonomi dan mengembangkan teknologi. Ia juga berupaya untuk melakukan pengembangan agama Islam dan mempromosikan nilai-nilai yang dianutnya. Ia juga melakukan penyebaran agama Islam ke seluruh dunia, dengan mengirim pasukan militer untuk menyerang wilayah-wilayah yang jauh. Karena semua kualitas ini, Umar bin Khattab dipilih sebagai khalifah setelah Abu Bakr. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah menjadi penting dalam sejarah Islam karena ia memiliki kualitas yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang baik. Ia memiliki kemampuan untuk menghadapi berbagai masalah yang dihadapi oleh komunitas Muslim, membuat keputusan yang tepat dan berdaya saing, serta membangun ekonomi dan mengembangkan teknologi. Selain itu, ia juga berupaya untuk melakukan pengembangan agama Islam dan mempromosikan nilai-nilai yang dianutnya. Oleh karena itu, pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam.
AKURATCO Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menyatakan, pemeriksaan berkas dan dokumen persyaratan pendaftaran Partai Demokrat sebagai calon peserta Pemilu 2024 selesai kurang dari satu jam.Pemeriksaan berkas dan dokumen ini diperiksa yang diunggah ke dalam aplikasi SIPOL. Seperti diketahui, Partai Demokrat pada hari ini melakukan pendaftaran calon peserta Pemilu 2024 ke KPU RI pada pukul 14.00 WIB.
Proses Pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah Pengenalan Umar bin Khattab adalah seorang sahabat Rasulullah SAW dan salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam. Ia lahir di Mekah pada tahun 583 Masehi dan sejak usia remaja telah menjadi seorang pedagang yang sukses. Pada awalnya, Umar bin Khattab sama sekali tidak tertarik dalam agama Islam. Namun, setelah peristiwa Isra’ Mi’raj, ketika Rasulullah SAW menceritakan pengalamannya yang luar biasa kepada umat Islam di Mekah, Umar mulai tertarik untuk mempelajari Islam. Pada akhirnya, setelah tiga tahun berlalu sejak peristiwa Isra’ Mi’raj, Umar bin Khattab akhirnya memeluk agama Islam pada tahun 616 Masehi. Sejak saat itu, ia menjadi salah satu sahabat yang paling setia dan dekat dengan Rasulullah SAW, serta memainkan peran penting dalam menjaga kesatuan umat Islam selama masa kenabian. Setelah wafatnya Rasulullah SAW, Abu Bakar dipilih sebagai khalifah pertama umat Islam. Namun, ia hanya menjabat selama dua tahun sebelum meninggal dunia pada tahun 634 Masehi. Setelah itu, umat Islam perlu memilih seorang pemimpin baru untuk menggantikan Abu Bakar. Inilah awal dari proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah. Berikut ini akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah. Usulan Pemilihan Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Islam sedang mengalami perkembangan pesat. Setelah Abu Bakar wafat, umat Islam merasa kehilangan sosok yang sangat penting dalam perkembangan agama Islam. Karena itu, muncul usulan untuk memilih khalifah baru yang dapat melanjutkan kepemimpinan Islam dan membawa umat Islam ke arah yang lebih baik. Pemilihan khalifah baru menjadi sangat penting untuk menjaga persatuan dan kestabilan umat Islam. Setelah Abu Bakar wafat, terjadi perdebatan di antara para sahabat mengenai siapa yang akan menjadi khalifah. Beberapa sahabat meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib harus menjadi khalifah karena ia merupakan kerabat Nabi dan telah menunjukkan keberaniannya dalam pertempuran. Namun, mayoritas sahabat memilih Umar bin Khattab sebagai khalifah. Saat itu, Umar bin Khattab merupakan salah satu sahabat Nabi yang paling terkemuka. Ia memiliki reputasi sebagai seorang yang adil, tegas, dan berwibawa. Banyak sahabat yang percaya bahwa Umar bin Khattab akan mampu memimpin umat Islam dengan baik. Selain itu, Umar bin Khattab juga telah memperlihatkan kompetensinya dalam memimpin dalam beberapa kesempatan, seperti ketika ia dipilih oleh Abu Bakar sebagai orang yang akan memimpin dalam salah satu ekspedisi militer. Jadi, setelah terjadi perdebatan yang cukup panjang, mayoritas sahabat sepakat untuk memilih Umar bin Khattab sebagai khalifah. Pemilihan dilakukan secara tradisional dengan menggunakan mekanisme musyawarah dan musyakalah di mana setiap sahabat diizinkan untuk mengajukan kandidat dan menyampaikan argumennya. Pada akhirnya, Umar bin Khattab berhasil memenangkan kepercayaan para sahabat dan menjadi khalifah. Ia menjabat selama 10 tahun dan dianggap sebagai salah satu khalifah terbaik dalam sejarah Islam. Pada masa kekhalifahannya, Islam berkembang pesat dan banyak inovasi dilakukan dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi, politik, dan sosial. Melalui proses pemilihan khalifah, umat Islam berhasil menunjukkan bahwa mereka dapat berdemokrasi dan memilih pemimpin yang paling layak untuk memimpin umat. Pemilihan tersebut menjadi sebuah contoh bagi dunia tentang bagaimana sebuah komunitas dapat memilih pemimpin secara adil dan merata. Penentuan Lokasi Proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah terjadi setelah kematian Khalifah Abu Bakar. Para sahabat Rasulullah SAW yang saat itu menjadi pemimpin umat Islam mengadakan rapat di Gedung Majlis Syura untuk menentukan siapa yang akan menggantikan posisi Abu Bakar sebagai khalifah. Majlis Syura adalah sebuah gedung yang dibangun oleh Khalifah Umar bin Khattab pada masa pemerintahannya. Gedung ini berfungsi sebagai tempat rapat dan pertemuan penting antara pemimpin dan masyarakat. Oleh karena itu, Majlis Syura menjadi lokasi yang tepat untuk melakukan pemilihan khalifah. Pada saat itu, terdapat tiga kandidat yang dipilih oleh para sahabat untuk menjadi khalifah, yaitu Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Ketiga kandidat tersebut memiliki keistimewaan masing-masing, namun pada akhirnya Umar bin Khattab terpilih sebagai khalifah. Majlis Syura menjadi lokasi yang strategis untuk melakukan pemilihan khalifah karena gedung tersebut merupakan tempat yang terbuka dan dapat menampung banyak orang. Selain itu, rapat juga dapat berlangsung dengan kondusif karena ruangannya dirancang sedemikian rupa sehingga suara dari setiap peserta rapat bisa didengar dengan jelas. Proses pemilihan khalifah di Gedung Majlis Syura ini dapat dikatakan sebagai salah satu momen penting dalam sejarah Islam, karena pada saat itu terjadi sebuah proses demokrasi yang melibatkan banyak orang untuk menentukan pemimpin umat Islam. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah di awal masa Islam terhitung penting karena beliau dianggap memiliki kapasitas kepemimpinan yang tinggi. Selain itu, Umar bin Khattab juga merupakan satu-satunya khalifah yang dipilih oleh majelis syura yang merupakan suatu panel konsultan para ulama atau pembesar Islam. Bagaimana proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah? Berikut penjelasannya. Latar Belakang Pemilihan Umar Bin Khattab Sebagai Khalifah Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, kaum Muslimin memerlukan sosok yang mampu menjadi pemimpin dan mengatur negara Islam. Pada awalnya, Abu Bakar menjadi pemimpin pertama dalam sejarah Islam. Namun, setelah Abu Bakar wafat, muncul kontroversi tentang siapa yang seharusnya menjadi pengganti. Sebagian masyarakat muslim berpendapat bahwa Ali Bin Abi Thalib seharusnya menjadi Khalifah. Sementara itu, sebagian yang lain berpendapat bahwa Umar bin Khattablah yang pantas meneruskan kepemimpinan sebagai khalifah. Rapat Majlis Syura Dalam rangka menyelesaikan perdebatan ini, keputusan diambil untuk membentuk Majlis Syura. Majlis Syura merupakan suatu panel konsultan para ulama atau pembesar Islam yang dibentuk untuk memilih khalifah selanjutnya. Dalam memilih Khalifah, Majlis Syura menetapkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon khalifah. Syarat-syarat tersebut antara lain adanya akhlak yang baik, mampu mengatur pemerintahan dengan baik dan adil, serta memiliki kemampuan kepemimpinan yang tinggi. Dalam rapat Majlis Syura tersebut, nama Umar bin Khattab sering dibicarakan karena ia dikenal sebagai sosok yang banyak memenuhi persyaratan tersebut. Debat Dalam Rapat Dalam beberapa rapat, para anggota Majlis Syura banyak membicarakan tentang kemampuan dan kriteria Umar bin Khattab sebagai seorang khalifah. Terdapat juga debat sengit yang terjadi antara para anggota Majlis Syura mengenai pemilihan khalifah, namun kesepakatan akhirnya dicapai pada saat semua anggota Majlis Syura sepakat memilih Umar bin Khattab sebagai Khalifah Islam yang baru. Sangat Berpengaruh Dalam Sejarah Islam Setelah terpilih sebagai khalifah, Umar bin Khattab mengatur negara Islam dengan sangat baik. Ia juga banyak melakukan perubahan dan memperbaiki keadaan di negara Islam secara keseluruhan. Umar bin Khattab terkenal dengan motto ā€œberpijaklah pada kebenaran walau pahitā€, dimana ia selalu bertindak berdasarkan kebenaran meski itu tidak disukai oleh banyak orang. Kepemimpinannya dalam sejarah Islam bersifat sangat berpengaruh dan memberi banyak inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia hingga saat ini. Secara keseluruhan, pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah adalah proses yang sangat penting dalam sejarah Islam. Dalam proses ini, Majlis Syura bekerja keras untuk memilih sosok yang paling layak untuk memimpin negara Islam kala itu. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah membuktikan bahwa pemimpin yang baik harus selalu rajin dalam menjalani konsultasi dan mendengarkan suara dari semua pihak. Pengambilan Sumpah Umar bin Khattab, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW, dipilih menjadi khalifah setelah Abu Bakar wafat. Ia menjadi khalifah pada tahun 634 M. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah dilakukan melalui proses yang berbeda dengan pemilihan khalifah sebelumnya. Proses pemilihan khalifah kali ini lebih ketat dan diawasi secara ketat oleh para ulama dan sahabat Nabi Muhammad SAW. Pengambilan sumpah merupakan salah satu tahapan penting dalam proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah. Saat itu, para ulama dan sahabat Nabi Muhammad SAW berkumpul di masjid dan meminta Umar bin Khattab untuk mengambil sumpah sebagai pemimpin umat Islam. Umar bin Khattab mengambil sumpah dengan penuh kesungguhan dan tulus hati. Ia menyatakan bahwa dirinya akan memerintah umat Islam dengan adil dan berdasarkan ajaran agama Islam yang sejati. Ia juga berjanji untuk melindungi hak-hak rakyat jelata dan memberikan keadilan bagi seluruh umat Islam, tanpa terkecuali. Saat mengambil sumpah, Umar bin Khattab juga menyampaikan beberapa pesan penting yang menjadi pedoman bagi dirinya dalam memimpin umat Islam. Salah satu pesan tersebut ialah bahwa sebagai khalifah, ia harus mampu memperbaiki keadaan umat Islam yang sudah terpuruk selama ini. Kepemimpinan Umar bin Khattab diharapkan dapat membawa perubahan yang signifikan bagi umat Islam, baik dari segi ekonomi, politik, maupun sosial. Selain itu, Umar bin Khattab juga menekankan bahwa dalam memimpin umat Islam, ia harus berdasarkan kepemimpinan yang adil dan bijaksana. Sikap yang adil dan bijaksana adalah kunci untuk menjaga kepercayaan umat Islam terhadap kepemimpinannya. Ia juga menegaskan bahwa sebagai khalifah, ia harus bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya dan siap menerima tantangan sebagai pimpinan umat Islam. Dengan pengambilan sumpah ini, Umar bin Khattab menjadi khalifah yang sah dan siap memimpin umat Islam dengan penuh tanggung jawab. Ia memimpin umat Islam selama 10 tahun dan berhasil membawa banyak kemajuan bagi umat Islam. Umar bin Khattab dikenal sebagai salah satu khalifah terhebat dalam sejarah Islam karena kesuksesannya dalam memimpin umat Islam dan memberikan keadilan bagi seluruh umat Islam. Penyebab Pemilihan Umar bin Khattab merupakan salah satu sahabat Rasulullah SAW yang sangat terkenal dengan keberaniannya dalam menegakkan Islam. Sebelum diangkat menjadi khalifah, Umar bin Khattab sudah memiliki reputasi yang sangat baik di mata umat Islam. Hal ini membuat proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah berlangsung dengan lancar dan mudah. Salah satu faktor penyebab pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah adalah karena kemampuannya dalam memimpin. Umar bin Khattab dikenal sebagai orang yang tegas, adil, dan berwibawa. Hal ini membuat para sahabat Rasulullah SAW mempercayakan kepemimpinan umat Islam pada Umar bin Khattab. Selain itu, Umar bin Khattab juga dikenal sebagai orang yang cerdas dan memiliki kemampuan strategi yang baik. Kemampuan yang dimiliki Umar bin Khattab dalam mengatur dan memimpin membuat umat Islam lebih percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan. Dalam berbagai pertempuran, Umar bin Khattab selalu menjadi strategis yang mampu membuat keputusan yang tepat untuk kemenangan umat Islam. Dalam hal keadilan, Umar bin Khattab juga tak kalah terkenal. Ia dikenal sebagai orang yang sangat adil dan tegas dalam menjaga keadilan. Hal ini membuatnya dipercaya untuk memegang amanah kepemimpinan sebagai khalifah umat Islam. Reputasi Umar bin Khattab juga membuatnya dihormati oleh para sahabat Rasulullah SAW. Kondisi ini membuat mereka menjadi lebih percaya dan yakin pada kemampuan Umar bin Khattab dalam memimpin dan menjaga kemajuan Islam. Selain itu, Umar bin Khattab juga dikenal sebagai sahabat Rasulullah SAW yang sangat taat pada ajaran Islam. Hal ini menjadikan dirinya sebagai sosok teladan bagi umat Islam. Proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah juga melalui beberapa tahapan. Salah satu tahapannya adalah musyawarah yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah SAW. Para sahabat tersebut memilih Umar bin Khattab dengan pemilihan yang disepakati secara musyawarah mufakat. Keputusan ini merujuk pada pemahaman bahwa Umar bin Khattab merupakan sosok yang tepat untuk menjadi pemimpin umat Islam. Keputusan pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah umat Islam juga tidak hanya dari satu sudut pandang. Para sahabat Rasulullah SAW memilih Umar bin Khattab setelah melalui beberapa uji kelayakan dan kapasitas sebagai pemimpin umat Islam. Dalam proses ini, faktor-faktor seperti kemampuan, reputasi, dan karakter yang dimiliki Umar bin Khattab sangat diperhatikan. Dalam akhirnya, pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah umat Islam sangat tepat. Ia berhasil memimpin umat Islam dengan baik dan mampu menjaga kemajuan Islam di masa berikutnya. Umar bin Khattab merupakan sosok yang dihormati dan menjadi panutan bagi umat Islam. Latar Belakang Umar bin Khattab merupakan sosok penting dalam sejarah Islam. Beliau adalah khalifah kedua setelah Rasulullah wafat. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah memiliki cerita yang unik dan menarik. Bagaimana proses pemilihan tersebut? Yuk, kita lihat ulasannya berikut ini. Pengusulan Proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah dimulai dari pengusulan. Setelah wafatnya Rasulullah, para sahabat sangat kehilangan sosok pemimpin yang sangat mereka hormati. Kemudian, beberapa sahabat yang selektif mengusulkan beberapa nama kandidat yang mumpuni untuk menjadi khalifah. Perdebatan Setelah beberapa nama kandidat diusulkan, para sahabat mendasarkan usulan tersebut pada kelayakan dan keikhlasan para kandidat. Hal ini menimbulkan perdebatan, mengingat banyaknya sahabat yang layak untuk menjadi khalifah. Para sahabat saling membahas dan mencari pemahaman bersama agar perselisihan tidak terjadi dan dapat mencapai kesepakatan yang baik. Kesepakatan Setelah perdebatan yang cukup alot, para sahabat akhirnya mencapai kesepakatan dalam memilih Umar bin Khattab sebagai khalifah. Beliau dianggap memiliki kualitas kepemimpinan yang baik, disiplin, dan memiliki keberanian yang luar biasa dalam mengambil keputusan. Pengambilan Sumpah Setelah dipilih sebagai khalifah, Umar bin Khattab kemudian mengambil sumpah sebagai bentuk komitmennya kepada kaum muslimin. Sumpah tersebut diambil dengan mengangkat tangan kanan dan mengucapkan janji setia sebagai pemimpin. Dalam sumpahnya, Umar bin Khattab berjanji untuk memimpin dengan adil dan mengayomi rakyatnya dengan baik. Stabilitas Pemerintahan Setelah dilantik sebagai khalifah, Umar bin Khattab berhasil memimpin umat Islam dengan stabil dan dalam kondisi yang baik. Beliau mampu mengembangkan pemerintahan dan infrastruktur sehingga membawa kemakmuran bagi seluruh umat muslim. Umar bin Khattab dikenal sebagai khalifah yang sangat adil, tegas, dan bijak dalam memimpin. Pengabdian pada Islam Umar bin Khattab merupakan sosok yang sangat taat dan mengabdikan dirinya pada Islam. Beliau selalu berusaha untuk memajukan Islam dan membantu umat muslim. Selama memimpin sebagai khalifah, Umar bin Khattab banyak berinovasi dan berhasil membawa kemajuan pada berbagai bidang, hingga menciptakan kebijakan yang mampu mengatasi berbagai masalah umat Islam kala itu. Kesimpulan Kesimpulannya, proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah sebenarnya tidaklah mudah. Hal ini terlihat dari proses pengusulan, perdebatan, dan kesepakatan yang diambil oleh para sahabat. Namun, Umar bin Khattab berhasil membuktikan bahwa dirinya memang pantas untuk memimpin umat Islam dengan baik, melalui kesuksesannya dalam mengembangkan pemerintahan dan infrastruktur, serta mengabdikan diri pada Islam. Semoga artikel ini dapat memberikan inspirasi bagi kita semua dalam menjalani kehidupan sehari-hari. hubunganluar dan juga proses pemilihan Khalifah (Fazl Ahmad. 1974: 174-175). Ketika hampir wafat maka Saidina Umar bin al-Khattab sebagai khalifah pada masa Kesimpulan kepada cara Kehidupan Khalifah Umar bin Khattab tidak lepas dari memperhatikan kesejahteraan, keamanan, dan keadilan warganya. Suatu ketika Umar mendapat laporan bahwa putra Gubernur Mesir telah menempeleng seorang warga negara tanpa sebab berarti dibanding perlakuan yang telah didapatnya itu. Seketika, Umar segera memanggil sang Gubernur yang tak lain adalah Amr bin Ash untuk menghadapkan putranya dan mempertanggungjawabkan perbuatannya yang dinilai sewenang-wenang itu. Di hadapan Gubernur Mesir dan putranya itu, Khalifah Umar memperlihatkan ketegasannya dengan kata-kata yang hingga kini termasyhur menjadi sebuah doktrin. Umar berkata Ilaa mataa ista’badtum an naasa wa qod waladathum ummahatuhum ahroron? Sampai kapan kalian memperbudak manusia, padahal mereka dilahirkan oleh ibu-ibu mereka dalam keadaan merdeka? Konon, menurut riwayat yang diceritakan oleh KH Saifuddin Zuhri dalam buku karyanya Berangkat dari Pesantren 2013 itu, doktrin Sayyidina Umar tersebut yang menguatkan jalan perjuangan para kiai dan ulama di Indonesia dalam mengusir penjajah dari tanah air. Dalam sejarahnya, keprihatinan dan peran sentral para kiai dari kalangan pesantren dalam menghidupkan kesadaran bangsa Indonesia untuk merdeka dari kungkungan penjajah begitu tinggi. Bahkan atas langkahnya itu, pesantren selalu mendapat sorotan dari pihak kolonial karena dianggap mampu memobilisasi kekuatan rakyat untuk melakukan perlawanan. Bagi bangsa Indonesia, perlawanan wajib dilakukan kepada penjajah atas perlakuannya yang tidak berperikemanusiaan. Ketegasan Khalifah Umar kepada Amr bin Ash bukan kali itu saja. Amr bin Ash berencana akan membangun sebuah masjid besar di tempat gubuk tersebut dan otomatis harus menggusur gubuk reot Yahudi itu. Lalu dipanggil lah si Yahudi itu untuk diajak diskusi agar gubuk tersebut dibeli dan dibayar dua kali lipat. Akan tetapi si Yahudi tersebut bersikeras tidak mau pindah karena dia tidak punya tempat lain selain di situ. Karena sama-sama bersikeras, akhirnya turun perintah dari Gubernur Amr bin Ash untuk tetap menggusur gubuk tersebut. KH Abdurrahman Arroisi dalam salah satu jilid bukunya 30 Kisah Teladan 1989 menjelaskan, si Yahudi merasa dilakukan tidak adil, menangis berurai air mata, kemudian dia melapor kepada khalifah, karena di atas gubernur masih ada yang lebih tinggi. Dia berangkat dari Mesir ke Madinah untuk bertemu dengan Khalifah Sayyidina Umar bin Khattab. Sepanjang jalan si Yahudi ini berharap-harap cemas dengan membanding bandingkan kalau gubernurnya saja istananya begitu mewah, bagaimana lagi istananya khalifahnya? Kalau gubernrunya saja galak main gusur apalagi khalifahnya dan saya bukan orang Islam apa ditanggapi jika mengadu?ā€ Sesampai di Madinah dia bertemu dengan seorang yang sedang tidur-tiduran di bawah pohon Kurma, dia hampiri dan bertanya, bapak tau dimana khalifah Umar bin Khattab? Dijawab orang tersebut, ya saya tau, Di mana Istananya? Istananya di atas lumpur, pengawalnya yatim piatu, janda-janda tua, orang miskin dan orang tidak mampu. Pakaian kebesarannya malu dan taqwa. Si Yahudi tadi malah bingung dan lalu bertanya sekarang orangnya di mana pak? Ya di hadapan tuan sekarang. Gemetar Yahudi ini keringat bercucuran, dia tidak menyangka bahwa di depannya adalah seorang khalifah yang sangat jauh berbeda dengan gubernurnya di Mesir. Sayiddina Umar bertanya, kamu dari mana dan apa keperluanmu? Yahudi itu cerita panjang lebar tentang kelakuan Gubernur Amr bin Ash yang akan menggusur gubuk reotnya di Mesir sana. Setelah mendengar ceritanya panjang lebar, Sayyidina Umar menyuruh Yahudi tersebut mengambil sepotong tulang unta dari tempat sampah di dekat situ. Lalu diambil pedangnya kemudian digariskan tulang tersebut lurus dengan ujung pedangnya, dan disuruhnya Yahudi itu untuk memberikannya kepada Gubernur Amr bin Ash. Makin bingung si Yahudi ini dan dia menuruti perintah Khalifah Sayyidina Umar tersebut. Sesampai di Mesir, Yahudi ini pun langsung menyampaikan pesan Sayyidina Umar dengan memberikan sepotong tulang tadi kepada Gubernur Amr bin Ash. Begitu dikasih tulang, Amr bin Ash melihat ada garis lurus dengan ujung pedang, gemetar dan badannya keluar keringat dingin lalu dia langsung menyuruh kepala proyek untuk membatalkan penggusuran gubuk Yahudi tadi. Amr bin Ash berkata pada Yahudi itu, ini nasehat pahit buat saya dari Amirul Mukminin Umar bin Khattab, seolah-olah beliau bilang hai Amr bin Ash, jangan mentang-mentang lagi berkuasa, pada suatu saat kamu akan jadi tulang-tulang seperti ini. Maka mumpung kamu masih hidup dan berkuasa, berlaku lurus dan adillah kamu seperti lurusnya garis di atas tulang ini. Lurus, adil, jangan bengkok, sebab kalau kamu bengkok maka nanti aku yang akan luruskan dengan pedang ku. Singkat cerita, setelah melihat keadilan yang dicontohkan Sayyidina Umar tersebut, akhirnya Yahudi itu menghibahkan gubuknya tadi buat kepentingan pembangunan masjid, dan dia pun masuk Islam oleh karena keadilan dari Umar bin Khattab. Penulis Fathoni Ahmad Editor Muchlishon SedangkanUmar bin Khatthab Ra. diangkat melalui "penunjukan", semacam surat wasiat yang dititahkan oleh Abu Bakar Ra. Melalui juru tulis Usman bin Affan Ra. Ini cukup mendefinisikan makna kata istakhlafa, yang artinya meminta untuk menjadi khalifah, pemimpin. Hal itu dilakukan khalifah guna menghindari pertikaian politik antara umat Islam

Berbicara tentag wasyiat Khalifah Umar menjelang wafat nya, Syeikh Abu Utsman Al Jahidz juga mengungkapkan keterangan Mu'ammar bin Sulaiman At Taimiy, yang diperol~h dari Ibnu Abbas. Yang tersebut belakangan ini diketahui pernah mendengar apa yang pernah dikatakan Umar Ibnul Khattab kepada para Ahlu Syuro menjelang wafatnya "Jika kalian saling membantu, saling percaya dan saling menasehati, maka kupercayakan kepemimpinan ummat kepada kalian, bahkan sampai kepada anak cucu kalian. Tetapi kalau kalian saling dengki, saling membenci , saling menyalahkan dan saling bertentangan, kepemimpinan itu akhirnya akan jauth ke tangan Muawiyah bin Abu Sufyan!". Perlu diketahui, bahwa ketika Khalifah Umar masih hidup, Muawiyah bin Abu Sufyan sudah beberapa tahun lamanya menjabat sebagai kepala daerah Syam. Ia diangkat sebagai kepala daerah oleh Umar Ibnul Khattab Sejarah kemudian mencatat, bahwa yang diperkirakan oleh Khalifah Umax menjelang akhir hayatnya menjadi kenyataan. Klimaks dari penyampaian wasyiat oleh Khalifah Umar ialah memerintahkan supaya Abu Thalhah A1 Anshariy datang menghadap. Waktu orang yang dipanggil itu sudah berada didekat pembaringannya, berkatalah Khalifah Umar dengan tegas dan jelas, seolah-olah sedang melepaskan sisa tenaganya yang terakhir "Abu Thalhah, camkan baik-baik! Kalau kalian sudah selesai memakamkan aku, panggillah 50 orang Anshar. Jangan lupa, supaya masing-masing membawa pedang. Lalu desaklah mereka 6 orang Ahlu Syuro supaya segera menyelesaikan urusan mereka untuk memilih siapa di antara mereka itu yang akan ditetapkan sebagai Khalifah. Kumpulkan mereka itu dalam sebuah rumah. Engkau bersama-sama teman-i;emanmu berjaga jaga di pintu. Biarkan mereka bermusyawarah untuk memilih salah seorang di antara mereka. "Jika yang Iima setuju dan ada satu yang menentang, penggallah leher orang yang menentang itu! J'ika empat orang setuju dan ada dua yang menentang, penggallah leher dua orang itu! Jika tiga orang setuju dan tiga orang lainnya menentang, tunggu dan lihat dulu kepada tiga orang yang diantaranya termasuk Abdurrahman bin 'Auf. Kalian harus mendukung kesepakatan tiga orang ini. Kalau yang tiga orang lainnya masih bersikeras menentang,penggal saja leher tiga orang yang bersikeras itu!. "Jika sampai tiga hari, enam orang itu belum juga mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan urusan mereka, penggal saja leher enam orang itu semuanya. Biarlah kaum muslimin sendiri memilih siapa yang mereka sukai untuk dijadikan pemimpin mereka !". Dari sekelumit informasi sejarah tersebut di atas, kita mengetahui, betapa tingginya rasa tanggung-jawab dan jiwa kerakyatan Khalifah Umar Ibnul Khattab Secara tertib dan terperinci, sampai detik-detik menjelang ajalnya, ia masih memikirkan cara-cara pengangkatan seorang Khalifah yang akan mengantikannya. Sambil menahan rasa sakit akibat luka-luka tikaman sejata tajam, ia masih sempat berusaha menyinambungkan kepemimpinan ummat Islam sebaik-baiknya. Sumber Buku Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib Oleh Al Hamid Al Husaini

KhalifahUmar bin Khattab wafat pada tanggal 1 Muharram 24 H. Ia terluka akibat tusukan benda tajam di perutnya oleh budak Persia yang bernama Abu Lu'lu' saat ia menegakkan salat sebelum fajar pada 26 Dzulhijjah 23 H. Makamnya berdampingan dengan gurunya yakni Rasulullah SAW dan sahabatnya yakni Abu Bakar As-Shidiq di rumah Aisyah yang saat
Umar Bin Khatab adalah salah satu teladan bagi umat muslim. Sebelum Khalifah kedua ini wafat, ia telah menunjuk formatur untuk pemilihan khalifah penggantinya. Siapa sajakah mereka dan bagaimana cara penunjukannya? Mari kita Berita Islami – Pemimpin yang baik tentu memiliki kekhawatiran tentang siapa yang akan menggantikannya melindungi rakyat. Pembuatan sistem baru, untuk pemilihan khalifah selanjutnya mulai memiliki formatur terbaiknya. Formatur itu telah dibuat oleh Umar Bin Khatab menjelang Ulfiana Berita IslamiUmar Bin Khatab begitu terkenal di kalangan umat muslim. Ia adalah khalifah kedua setelah Abu Bakar. Umar terkenal akan kesederhanaannya sebagai tampak luar ia begitu keras, namun hatinya begitu lembut. Sering ia menangis karena mendengar ayat-ayat allah. ia keras dengan kaum kafir, namun lembut dengan kaum muslim. Ia juga bersikap begitu lembut pada Rasulullah SAW masih hidup, Umar menjadi pembela islam nomor satu. Ia adalah orang terdepan dalam membela islam. Daftar IsiKeteladanan Umar Bin KhattabUmar Bin Khatab Sangat PemberaniKesederhanaan KhalifahUmar Bin Khatab AdilUmar Gemar BermusyawarahKenapa Umar Disebut Singa Padang PasirKeberanian Umar Bin Khatab BerhijrahSiapa Yang Membunuh Umar Bin Khattab, Bagaimana Cara dan Alasannya?Kronologi Wafatnya umarAlasan PenusukanSistem Formatur Pemilihan Khalifah Usman Bin Affan Pasca Umar Bin KhattabPemilihan 6 Formatur Unggulan Khalifah Umar Bin KhatabSistem Pemilihan Khalifah Dari Para FormaturProses Pemilihan Formatur Terbaik KhalifahPesan Akhir Umar Bin Khattab Sebelum Wafat Tentang Formaturnya dalam Pemilihan KhalifahProfil Singkat Sahabat Yang Menjadi Formatur Pemilihan Khalifah Pasca UmarAli Bin Abi ThalibAbdurrahman Bin AufSa'ad Bin Abi WaqqasUtsman Bin AffanZubair Bin AwwamThalhah Bin UbaidillahKeteladanan Umar Bin KhattabSangat banyak sifat terpuji dari Umar Bin Khatab yang bisa kita teladani. Diantaranya adalahUmar Bin Khatab Sangat PemberaniUmar adalah seorang yang memiliki keberanian tinggi. Ketika ia telah yakin dengan sesuatu, ia akan membela sesuatu itu tanpa ada rasa takut sedikitpun. Sifat itu telah ada padanya sejak ia menjadi pemimpin kaum Quraisy, hingga akhirnya menjadi khalifah yang Umar miliki, juga menjadi salah satu pertimbangan Rasulullah untuk mendoakan hidayah pada dua Umar. Dua Umar itu adalah Amr Bin Hisyam dan Umar Bin masuknya Umar ke islam, penyebaran islam menjadi lebih mudah ketika sebelumnya secara KhalifahMeskpun Umar telah menjadi khalifah, Umar tetap hidup dalam kesederhanaan. Ia tidak belebih-lebihan dalam harta. Ia bersama keluarganya tetap mendiami rumahnya dan tidak tinggal di gedung yang kasur yang empuk, Umar memilih tidur menggunakan pelepah kurma sama seperti Rasulullah. Ketika bangun, pelepah itu akan membekas di punggungnya yang sederhananya ia, sampai-sampai ketika ada utusan dari kerajaan lain, ia sedang tidur di bawah pohon kurma tanpa alas. Ia juga tidak memakai pakaian kebesaran seperti pemimpin kerajaan utusan itu, tidak menyangka bahwa Umar adalah seorang Bin Khatab AdilUmar adalah seorang yang adil. Ia adalah sosok yang tidak membeda-bedakan antara rakyatnya dengan keluarganya sendiri. Jika salah satu dari mereka melakukan kesalahan, maka ia akan menghukum dengan jika keluarganya sendiri berbuat salah, hukumannya justru lebih berat dari yang lain. Umar juga adil dalam memberikan ghanimah maupun harta dari baitul Umar adalah tokoh yang bisa menerapkan keadilan murni tanpa Gemar BermusyawarahIa tidak pernah merasa lebih tinggi dari rakyatnya. Baginya, rakyatnya adalah guru yang akan menunjukannya pada sebabnya ketika akan memberikan sebuah kebijakan, Umar selalu meminta pendapat kepada para Umar Disebut Singa Padang PasirUmar bin Khattab Foto memiliki julukan Asadullah atau singa padang pasir. Julukan ini tersematkan pada Umar karena ketegasan, keberanian, serat kegarangan sampai-sampai setan takut kepada Umar. Rasulullah pernah berkata bahwa jika Umar berjalan, setan yang bertemu dengannya akan mencari jalan lain yang tidak Umar berperang melawan pasukan quraisy di padang pasir, Umar tampil gagah berani. Ia tidak memiliki ketakutan sedikitpun seperti seekor singa di padang kafir qurasy juga menyeganinya. Mereka tau Umar Bin Khatab sangat kuat dan keras, ditambah pula ia adalah seorang yang pemberani dan tak takut Umar Bin Khatab BerhijrahKetika Ia akan hijrah ke Yastrib, ia tidak menyembunyikan kabar hijrahnya. Berbeda dengan kaum muslimin lain yang berhijrah secara sembunyi-sembunyi, ia justru menantang orang yang ingin menghalanginya. Ia berteriak menantangā€œBarang siapa yang mau anaknya jadi yatim, istrinya jadi janda, orang tuanya kehilangan anak, silahkan temui aku di lembah belakang kota.ā€Tentu tak ada yang berani menghalangi Umar Bin Khatab Yang Membunuh Umar Bin Khattab, Bagaimana Cara dan Alasannya?Orang itu adalah Fairuz atau lebih terkenal dengan nama Abu Lu’ Wafatnya umarKetika itu subuh tanggal 26 Dzulhijah tahun 23 H. Umar Bin Khatab berdiri menjadi imam shalat. Sama seperti bisa, sebelum sholat ia melihat jamaahnya. Ia berjalan di sela-sela shaf dan mengatakan ā€œluruskan shafnya!ā€.Ketika barisan telah rapat dan lurus, Umar Bin Khatab mulai kembali ke tempatnya dan membaca takbir. Saat itu mungkin surat yang ia baca adalah surat Yusuf atau An Nahl menurut Umar bin Umar Bin Khatab bertakbir selanjutnya, ia mendapati sebuah belati telah menikamnya. Sebanyak 6 kali tusukan melayang ke tubuh Umar, salah satunya pada panggulnya. Jamaah shalatpun berteriak terkapar dan tersungkur berlumuran lu’luah, budak dari persia itu menusuk Umar Bin Khatab ketika menjadi imam shalat. Ia lari membawa pisau belati bermata sholat ia tembus sambil menikamkan belatinya ke jamaah lain. Ke kanan dan ke kiri hingga ada 13 orang yang terkena satu dari jamaah yang melihat itu, melemparkan burnusnya untuk menangkap abu lu’luah. Kesadarannya sampai di titik ia tak mungkin bisa lolos. Ketika ia begitu yakin akan tertangkap, belati tersebut ia tikamkan kepada dirinya sendiri. Hingga, akhirnya langsung dibawa ke dalam rumah. Ia kemudian bertanya, siapa yang menusuknya. Ketika tau bahwa yang membunuhnya adalah seorang majusi bukan muslim, ia semua orang mengira Umar akan sembuh. Namun, pandangan itu berubah ketika Umar minum ramuan dari tabib, ramuan itu keluar melalui tidak menunjuk siapa penggantinya, ia hanya menyebutkan kandidat yang akan memutuskan siapa penggantinya. Kemudian, meminta Abdullah bin Umar untuk meminta izin pada menyampaikan, ayahnya ingin bisa dimakamkan di dekat Rasulullah dan Abu Bakar. Aisyah pun berdarah itu menelan 7 korban yang meninggal dunia. Termasuk salah satunya adalah Umar bin PenusukanAbu Lu’luah adalah budak dari Al Mughirah bin Syubah. Ia adalah seorang majusi dari persia. Menurut beberapa riwayat, ia begitu dendam pada Umar yang berhasil menaklukan persia, tanah tidak terima orang arab yang begitu sederhana berhasil menaklukan Persianya yang begitu juga beritaku Khalifah UmarSistem Formatur Pemilihan Khalifah Usman Bin Affan Pasca Umar Bin KhattabSebelum meninggal, Umar telah menyiapkan formatur penggantinya untuk berdiskusi dalam pemilihan khalifah selanjutnya. Ia hanya berkaca dengan situasi ketika Rasulullah itu terjadi kebingungan diantara umat muslim dalam menentukan pemimpin. Hampir-hampir mereka terpecah untuk mendukung sebabnya menjelang wafatnya, Umar menunjuk 6 sahabat yang ia rasa pantas untuk menjadi 6 Formatur Unggulan Khalifah Umar Bin KhatabUmar berharap, adanya 6 orang yang merupakan sahabat unggulan ini, mampu memilih pemimpin diantara mereka adalah– Ali Bin Abi Thalib.– Abdurrahman Bin Auf.– Sa’ad Bin Abi Waqqas.– Utsman Bin Affan.– Zubair Bin Awwam.– Thalhah Bin ketika putusan mulai berlangsung, Thalhah berada di luar Madinah. Akhirnya, pemilihan itu hanya jatuh pada 5 orang yang Pemilihan Khalifah Dari Para FormaturMereka akan menunjuk salah seorang diantara mereka untuk menjadi khalifah selanjutnya dengan tidak terjadi keributan yang menyebabkan proses pemilihan berhenti, Umar memerintahkan mereka untuk bersepakat dengan suara yang bulat dalam perlu, ia menambahkan anaknya, Abdullah Bin Umar untuk ikut dalam pemilihan jika terjadi kebuntuan. Syaratnya, Abdullah Bin Umar tidak boleh Pemilihan Formatur Terbaik KhalifahKetika terjadi proses pemilihan, Zubair menarik diri. Ia memilih untuk mendukung Ali Bin Abi Thalib. Sa’ad Bin Abi Waqas memilih Utsman Bin tersisa Abdurrahman Bin Auf untuk menjadi penentu. Abdurrahman Bin Auf kemudian mengajukan pertanyaan kepada dua calon khalifah secara sederhana, apakah mereka akan mengikuti jejak dari khalifah-khalifah menjawab, ia akan mengikuti Quran dan sunnah Rasulullah SAW. Sedangkan Utsman Bin Affan mengiyakan, tanpa ada jawaban kedua jawaban yang cukup berbeda itu, Abdurrahman Bin Auf memutuskan untuk memilih Utsman Bin Utsman Bin Affan menggantikan Umar Bin Khatab untuk memegang kepemimpinan khalifah Akhir Umar Bin Khattab Sebelum Wafat Tentang Formaturnya dalam Pemilihan KhalifahKetika sedang menyiapkan musyawarah calon penggantinya, Umar berkataWahai kaum muhajirin! Sesungguhnya rasulullah saw telah wafat, dan beliau menyukai kalian sebab itu, aku telah memutuskan untuk menjadikan kalian dalam pemilihan khalifah dengan musyawarah. Agar, kalian bisa memilih salah satu dari kalian untuk menjadi lima orang dari kalian menyetujui satu orang, dan ada satu orang yang menentang, maka bunuhlah orang itu. Jika ada 4 orang berada di satu sisi dan 2 orang disisi lainnya, maka bunuhlah dua orang jika ada tiga orang di satu sisi dan tiga orang disisi lainnya, maka abdullah bin Umar akan punya hak suara sehingga khalifah selanjutnya akan ia pilih. Dalam hal ini bunuhlah, tiga orang yang berlawanan kalian semua mau, kalian bisa mengundang beberapa orang penting dari kaum anshar sebagai pengamat. Tapi, khalifah harus salah satu dari kaum muhajirin, dan tidak salah satu dari kaum tidak mendapatkan bagian dari khliafat itu. Pemilihan ini harus kalian lakukan dalam waktu tiga Singkat Sahabat Yang Menjadi Formatur Pemilihan Khalifah Pasca UmarProfil para sahabat di masa Umar bin Khattab Foto ini adalah profil singkat dari para sahabat yang menjadi kandidat pemilihan khalifah Bin Abi ThalibAli Bin Abi Thalib adalah sepupu sekaligus menantu Rasulullah. Sosoknya cerdas dan bijaksana. Kecerdasannya itu membuatnya menjadi rujukan para sahabat nabi lain ketika Rasulullah telah berperan besar dalam dakwah islam terutama masa awal-awal penyebaran islam. Ia masuk islam ketika usianya masih sangat adalah orang terdepan ketika berada dalam peperangan. Tubuhnya kuat dan fikirannya cerdas. Itu salah satu yang membuatnya layak menjadi calon juga beritaku Ali Bin Abi ThalibAbdurrahman Bin AufAbdurrahman Bin Auf begitu masyhur namanya. Ia adalah seorang yang pandai berdagang dan memiliki banyak harta. Selain itu, sosoknya cerdas dan Bin Auf adalah seorang yang termasuk As Sabiqunal Awwalun. Itu adalah julukan bagi 8 orang yang pertama-tama masuk itu juga menjelaskan keistimewaan kedudukannya di hadapan Rasulullah SAW. Ia juga termasuk sebagai salah seorang dari 10 orang yang dijamin masuk Bin Abi WaqqasSaad Bin Abi Waqash adalah salah satu dari 10 sahabat nabi yang dijamin masuk surga. Ia berasal dari Bani akan kecerdasannya, membuatnya masuk dalam agama islam saat umurnya 20 tahun. Imannya begitu teguh ketika ibunya meminta untuk kembali ke agama juga terkenal sebagai orang pertama yang menumpahkan darah kaum kafir. Ia memukulkan tulang unta pada seorang Quraisy yang mengejeknya saat Bin AffanUtsman Bin Affan adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang utama. Rasulullah SAW menikahkan kedua putrinya dengan Utsman. Itu sebabnya, ia mendapat julukan Dzun Nurrain atau pemilik dua terkenal akan kelembutan dan kedermawanannya. Ia adalah orang kaya diantara penduduk Mekah lain. Ia telah mewakafkan banyak hartanya di jalan Allah itu, pribadinya begitu pemalu, sampai-sampai malaikat juga malu pada juga beritaku Utsman bin AffanZubair Bin AwwamZubair bin Awwam adalah seorang yang termasuk 10 orang pertama yang masuk islam. Ia juga termasuk salah seorang sahabat nabi yang dijamin masuk bin Awwam begitu teguh dalam keislamannya. Pernah suatu kali pamannya memasukkannya dalam karung dan membakarnya, ia tetap tidak meninggalkan agamanya. Pribadinya juga begitu kuat dan membuatnya sering ikut dalam Bin Ubaidillah Sahabat nabi ini adalah yang termasuk dalam 10 orang yang dijamin masuk Thalhah begitu terkenal. Ketika perang Uhud, tubuhnya menjadi perisai bagi Rasulullah SAW yang tengah terkepung. Jari-jarinya terputus karena menahan panah dengan kisah singkat tentang sahabat nabi. Mulai dari keteladanan khalifah Umar Bin Khatab sampai caranya menunjuk khalifah Bin Khatab memberikan contoh tentang mengedepankan musyawarah dalam memutuskan sebuah hal menunjuk orang yang mulia untuk posisi yang tepat. Sesuatu yang sebenarnya butuh pemimpin saat ini wikipedia, timesindonesia, republika,
TigaModel Pemilihan Khalifah Rasyidun. Jumat 31 Oct 2014 15:00 WIB. Red: 0. Hingga wafatnya, Nabi Muhammad SAW tidak me wasiatkan siapa penggantinya. Karena itu, pe milihan pengganti Nabi sebagai kepala negara (kha lifah ar-rasul) dilakukan melalui musya warah di antara para sahabat Nabi. Secara umum ada tiga model pe milihan yang diterapkan Oleh Harun HuseinPemilihan Umar bin Khattab Model Kedua Pergantian khalifah lewat surat wasiat yang dibacakan ke hadapan kaum Muslimin, kemudian kaum Muslim memberikan bai’at. Berikut kronologinya* Menjelang wafatnya, Abu Bakar mewasiatkan jabatan khalifah kepada Umar. Yang menuliskan wasiat itu adalah Utsman Bin Affan. Setelah itu wasiat tersebut dibacakan ke hadapan kaum Muslimin dan mereka mengakuinya serta tunduk dan mematuhi wasiat tersebut.* Umar adalah yang pertama bergelar amirul mukminin. Konon yang pertama memanggilnya demikian adalah Al-Mughirah bin Syu’bah.* Imam Bukhari menulis bahwa saat Umar terbaring menjelang wafat, usai ditikam oleh Abu Lu’luah, ada yang menyatakan kepada Umar, ā€œTidakkah engkau menunjuk penggantimu wahai amirul mukminin.ā€ Umar menjawab, ā€œJika aku memilih penggantiku sebagai khalifah maka sesungguhnya hal itu telah dilakukan oleh orang yang lebih baik dariku, yaitu Abu Bakar. Dan jika aku tidak menunjuk pengganti, maka hal itu telah dilakukan juga oleh orang yang lebih baik dariku, yaitu Rasulullah.ā€* Umar menyatakan, ā€œAku tidak mendapati ada orang yang lebih berhak memegang urusan ini menjadi khalifah selain dari enam orang yang Rasulullah rela atas mereka ketika wafatnya.ā€ Keenam orang itu adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Mereka inilah yang menjadi anggota majelis syura untuk memilih khalifah.* Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa al-Nihayah menyatakan dengan cara Umar menggabungkan apa yang dilakukan Rasulullah yaitu tidak menjatuhkan pilihan dan cara Abu Bakar yang mewasiatkan penggantinya, dan menyerahkan perkara pengangkatan khalifah kepada sebuah majelis syura.* Umar tidak menunjuk Sa’id bin Zaid sebagai anggota majelis syura, sebab dia berasal dari kabilah umar dan dikhawatirkan dia kelak terpilih disebabkan kekerabatannya, namun menyatakan dia menjadi saksi atas proses yang dilakukan panitia enam tersebut. Sa’id bin Zaid adalah satu dari sepuluh orang yang dijamin Rasulullah masuk surga sembilan lainnya adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Abdullah, dan Abu Ubaidillah bin Jarrah.* Sebuah riwayat menyebutkan Umar juga mengecualikan anaknya, Abdullah bin Umar, dari hak terpilih sebagai khalifah, karena khawatir jabatan khalifah menjadi jabatan turun-temurun.
Utsmanbin Affan, khalifah ketiga, dipilih oleh pertemuan majelis di Madinah, di Arab barat laut, pada tahun 23 H (643/644).. Khalifah sebelumnya, Umar bin Khattab, ditikam oleh seorang budak Persia bernama Abu Lulu'ah (Fairuz).Mengingat keributan yang terjadi setelah kematian Nabi Muhammad, di ujung ajalnya Umar menunjuk sebuah kelompok yang terdiri dari enam orang, untuk memilih pemimpin baru.
Jakarta - Menjelang wafat, Khalifah Umar bin Khattab sempat ditanya oleh salah seorang sahabat bernama Mughirah. Umar ditanya soal siapa yang akan menggantikannya sebagai khalifah, pemimpin umat Islam nantinya. Umar yang saat itu sedang terbaring sakit karena enam tusukan pisau beracun merasa serba salah dan berat untuk menjawabnya. Sebab Rasulullah SAW saat meninggal, tidak menyebutkan siapa yang akan menjadi khalifah. Ketika Abu Bakar Ash Shiddiq diangkat menjadi khalifah, tak ada pertentangan di antara para sahabat. Sebab mereka semua mengakui keutamaan Abu Bakar Ash Shiddiq saat akan meninggal sempat bermusyawarah dengan para sahabat yang akhirnya memutuskan bahwa Umar bin Khattab menjadi khalifah. Penunjukkan Umar sebagai khalifah menggantikan Abu Bakar juga tak menimbulkan polemik. Ketika itu Umar dianggap sebagai orang yang paling kuat dan utama menjadi berbeda dihadapi menjelang Umar bin Khattab wafat. Sang Amirul Mukminin itu awalnya tak ingin menentukan calon penggantinya ketika dia meninggal dunia. Namun para sahabat mendesak agar dia menunjuk nama penggantinya."Wahai Umar bin Khattab, apakah engkau ingin mengangkat Abdullah putramu sebagai pengganti," tanya salah seorang sahabat bernama Mughirah seperti dikutip dari buku, The Khalifah Abu Bakar-Umar-Utsman-Ali karya Abdul Latip atas pembaringan dalam kondisi luka parah, Umar menegaskan bahwa dia tidak akan mengangkat anggota keluarganya menjadi khalifah. "Aku tidak akan mengangkat anggota keluargaku sebagai khalifah. Aku haramkan mereka memegang jabatan itu," begitu kata pria yang oleh Rasulullah SAW diberi julukan Al-Faruq Umar pun menunjuk enam sahabat untuk bermusyawarah menentukan nama khalifah baru pengganti dirinya. Enam orang yang kemudian disebut sebagai Majelis Syuro itu adalah Ali bin Abu Thalib, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abu Waqash, Az Zubair bin Al-Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam buku, Biografi Utsman bin Affan mengatakan, Umar berusaha menjauhkan kerabatnya dari kekuasaan. Padahal ketika itu ada dua anggota keluarganya yakni, putranya Abdullah bin Umar dan kerabatnya Said bin Umar wafat dan dimakamkan di samping makam Rasulullah SAW dan Abu Bakar, enam orang anggota Majelis Syuro berkumpul di rumah al-Miswar bin Makramah. Abdullah putra Umar bin Khattab ikut hadir, hanya saja dia tidak memiliki hak suara. Namun kepada enam orang anggota Majelis Syuro Umar berpesan agar ketika terjadi perselisihan dalam menentukan khalifah, Abdullah bin Umar bisa dijadikan sebagai hakim setelah tiga hari bermusyawarah, Majelis Syuro dan umat Islam di Madinah sepakat mengangkat Utsman bin Affan menjadi khalifah menggantikan Umar bin Khattab. Menurut Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Umar bin Khattab telah mewariskan sebuah lembaga politik tertinggi bernama Majelis Syuro yang tugasnya bermusyawarah memilih pemimpin negara atau khalifah."Sistem politik yang baru ini tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Terlebih prinsip musyawarah. Karena hasil keputusan enam orang dibaiat oleh kaum muslimin di masjid Jami'," tulis Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi. erd/erd Haltersebut menandakan bahwa Umar menomor satukan agama dan akhlak dari calon menantunya itu. Oleh sebab itu, bagi para orangtua pilihlah menantu yang baik agamanya. Jangan hanya memandang faktor fisik dan hartanya saja. Demikianlah ulasan mengenai cara Umar bin Khattab memilih menantunya. Baca Juga: Bacalah Doa ini Agar Urusan Dipermudah. Jakarta - Umar bin Khattab merupakan sosok sahabat Rasulullah SAW yang memiliki sifat yang kuat, tegas, berani, dan bijaksana. Sosok Umar sangat lekat di ingatan para kaum muslimin, bahkan kisah wafatnya selalu dikenang dan tak lekang oleh dari detikHikmah yang mengutip dari buku Teori dan Implementasi Kepemimpinan Strategis yang disusun oleh Tri Cicik Wijayanti, penyebab kematian Umar bin Khattab adalah karena dendam pribadi Abu Lukluk Fairuz, seorang budak yang fanatik. Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk pada saat menjadi imam sholat subuh pada Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 Lukluk sendiri adalah orang Persia yang masuk Islam setelah penaklukan Persia oleh Umar bin Khattab sebagai rangka ekspansi atau perluasan wilayah Islam. Pembunuhan tersebut dilatarbelakangi oleh rasa sakit hati Abu Lukluk akibat kekalahan Persia yang kala itu merupakan negara adidaya. Menurut Afdhal, dkk. menyebutkan dalam buku Sejarah Peradaban Islam, bahwa sebelum Abu Lukluk membunuh Umar bin Khattab, terdapat penyebaran konspirasi yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Persia. Menurut beberapa sumber, Umar bin Khattab ditusuk oleh Abu Lukluk menggunakan belati sebelum menghembuskan nafas terakhirnya Umar meninggalkan sebuah ajalnya, Umar memilih enam sahabatnya yakni Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, dan Sa'ad bin Abi Waqqash. Umar kemudian berwasiat pada mereka agar memilih salah satu seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah selanjutnya ajal kian dekat dengannya, Umar bin Khattab lantas mengutus putrannya Abudallah bin Umar untuk menemui Aisyah, istri Rasulullah SAW, untuk menyampaikan salam pada Aisyah dan permohonannya agar diperkenankan untuk dimakamkan di samping Rasulullah yang tercantum dalam buku Kisah-Kisah Inspiratif Sahabat Nabi karya Muhammad Nasrulloh, Aisyah kemudian menyetujui permohonan tersebut. Meskipun Aisya sendiri pun sangat ingin kelak dimakamkan di samping suaminya Rasulullah SAW dan ayahnya, Abu Bakar kemudian mengabarkan pada ayahnya perihal izin dari Aisyah. Umar bergembira sebab tempat itu adalah yang paling diinginkannya ketika dalam buku Kuliah Adab susunan 'Aabidah Ummu 'Aziizah, S. Pd. I, dkk., disebutkan bahwa muslim yang beriman dan taat ketika menghadapi kematian perlu disampaikan kabar gembira sebab seseorang yang saleh dan terkenal baik hendaknya digembirakan dengan pahala dari Allah sebagaimana janji-Nya atas orang-orang yang Umar bin Khattab menghadapi kematian, ia didatangi seorang lelaki dari kaum Anshar. Lelaki itu berkata padanya, "Bergembiralah wahai Amirul Mukminin atas kabar gembira dari Allah yang berupa ampunan atas dosa-dosamu yang terdahulu dengan masuknya engkau dalam Islam, juga dijadikannya engkau sebagai pengganti Rasulullah dan engkau menjadi pemimpin yang adil, dan bergembira pulalah engkau atas nikmat kesyahidan yang sebentar lagi kau dapatkan setelah ini semua."Kemudian, Umar bin Khattab menjawab, "Wahai anak saudaraku, aku berharap cukuplah aku dimatikan dalam keadaan baik." al-Munjid 9.Kepemimpinan Setelah Umar bin KhattabSetelah wafatnya Umar bin Khattab, Utsman bin Affan mengambil alih jabatan khalifah. Berbeda dengan karakter Umar bin Khattab yang berbadan kuat dan kekar serta sangat memperhatikan tanggung jawab dirinya dan bawahannya, Utsman bin Affan memiliki sifat yang lebih lembut dan santun perangainya dalam terpuji dan kebaikan Utsman bin Affan telah berhasil membimbing kaum muslimin. Bahkan mengutip buku Kisah-Kisah Islam Yang Menggetarkan Hati oleh Hasan Zakaria Fulaifal, disebutkan bahwa Umar bin Khattab hidup dalam kemisikinan dan meninggal dalam keadaan berhutang, sementara yang melunasinya adalah Utsman bin Affan ketika belum seminggu sejak kematian Umar bin kisah meninggalnya Umar bin Khattab, salah satu khalifah kebanggan umat muslim. Umar bin Khattab membuktikan bahwa kematian bagi orang yang beriman lagi saleh adalah kabar baik karena segala amalan baik yang telah dikerjakannya selama di dunia akan menolongnya di akhirat kelak. Simak Video "Menikmati Pemandangan Kota dari Atas Bukit Galumpang" [GambasVideo 20detik] alk/alk CaraSayyidina Umar bin Khattab ra dimasukkan oleh Imam Al-Ghazali sebagai cara kedua untuk menilai aib dan kekurangan diri kita sendiri. yakni sebuah cara dengan mencari sahabat jujur yang dapat dipercaya, religius, dan taat pada nilai-nilai agama yang dapat melihat kekurangan kita dan mengamati perilaku kita baik lahir maupun batin, serta

UMAR bin Khattab berasal dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ia adalah khalifah kedua pengganti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Umar telah banyak menyumbangkan jasa-jasanya untuk umat Islam, di antaranya berbagai penaklukan negeri-negeri yang kemudian berhasil dikuasai oleh kaum muslimin. Di antara strategi yang dilakukannya sebelum berperang adalah memilih pemimpin pasukan, berikut caranya 1 Berdasarkan ketakwaan, wara’ dan mengerti hukum Islam Saat Umar memilih Sa’id bin Amir untuk menjadi Gubernur Syam, namun Sa’id sendiri menolak keputusan tersebut. Mendengar penolakannya Umar marah dengan kebijaksanaannya lalu berkata, ā€œDemi Allah yang jiwaku berada di tangannya, janganlah kalian membebani leherku, sementara kalian hanya duduk-duduk di rumah kalian.ā€ BACA JUGA Ka’ab al-Ahbar Sebut Umar akan Meninggal Tiga Hari Lagi 2 Berdasarkan sikap sabar dan yakin Ketika Umar memilih Abu Ubaid ats-Tsaqafi menjadi gubernur di salah satu wilayah yang dikuasai kaum muslim, Umar berpesan padanya, ā€œAku tidak melarang kalian menyerang, tetapi ketergesaan dalam penyerangan dapat merugikan, kecuali ada sebab yang mengharuskannya. 3 Berdasarkan sikap berani, tegas, dan terampil menggunakan senjata Ketika Umar memilih pemimpin pasukan pada perang Nahawund, orang-orang berpesan kepada Umar, ā€œWahai Amirul Mukminin, engkau adalah orang yang paling mengetahui tentang orang Irak. Para pasukan telah mengirim utusannya kepadamu untuk dipilih sebagai pemimpin pasukan.ā€ Umar kemudian berkata, ā€œDemi Allah, besok aku akan memberikan kekuasaan kepada orang yang paling tepat bidikan panahnya.ā€ ā€œSiapa dia wahai Amirul Mukminin?ā€ tanya pasukan. ā€œNu’man bin Miqran al-Muzani.ā€ jawab Umar. Para sahabat kemudian menyetujuinya dengan berkata, ā€œBenar, dialah orang yang tepat.ā€ BACA JUGA Di Masa Jahiliyah, Umar Sering Bergulat di Pasar Ukaz 4 Berdasarkan sikap semangat yang tinggi Umar dalam salah satu khutbahnya mengatakan, ā€œJanganlah kalian memberi mandat kepada seseorang atas pekerjaannya, sementara dia tidak menyukai pekerjaannya itu dan tidak qana’ah. ini adalah keharusan karena pekerjaan ini memerlukan ketekunan.ā€ Demikianlah di antara cara Umar bin Khaththab dalam menyusun strateginya memilih pemimpin pasukan, kebijakannya dalam memilih tidak semata-mata mengandalkan sebatas kekuatan untuk dapat berhasil menaklukan banyak peperangan. [] Sumber DR. Ahmad Hatta MA., dkk. Januari 2015. The Golden Story of Umar bin Khaththab. Jakarta Timur Maghfirah Pustaka.

I7U2.
  • dzci1p5m7u.pages.dev/186
  • dzci1p5m7u.pages.dev/647
  • dzci1p5m7u.pages.dev/966
  • dzci1p5m7u.pages.dev/55
  • dzci1p5m7u.pages.dev/937
  • dzci1p5m7u.pages.dev/181
  • dzci1p5m7u.pages.dev/112
  • dzci1p5m7u.pages.dev/250
  • dzci1p5m7u.pages.dev/289
  • dzci1p5m7u.pages.dev/800
  • dzci1p5m7u.pages.dev/903
  • dzci1p5m7u.pages.dev/52
  • dzci1p5m7u.pages.dev/466
  • dzci1p5m7u.pages.dev/436
  • dzci1p5m7u.pages.dev/863
  • cara pemilihan umar bin khattab