Adalahdiare yang berlangsung lebih dari 3 minggu bagi orang dewasa dan 2 minggu bagi bayi dan anak. 2.5 Patofisiologi Dipengaruhi dua hal pokok yaitu konsistensi feses dan motilitas usus gangguan proses mekanik dan enzimatik disertai gangguan mukosa akan mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk.
Diare adalah diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai pengeluaran feses yang sering, lunak, dan tidak ini diberi kode masuk dalam kategori fisiologis, subkategori nutrisi dan cairan dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia SDKI.Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan diare secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikutPenyebab EtiologiTanda dan GejalaPenulisan DiagnosisLuaran HYDIntervensi Manajemen Diare Cairan TerkaitPenyebab EtiologiPenyebab etiologi dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis etiologi untuk masalah diare adalahPenyebab fisiologisInflamasi gastrointestinalIritasi gastrointestinalProses infeksiMalabsorpsiPenyebab psikologisKecemasan Tingkat stres tinggi Penyebab SituasionalTerpapar kontaminan Terpapar toksin Penyalahgunaan laksatifPenyalahgunaan zatProgram pengobatan agen tiroid, analgesik, pelunak feses, ferosulfat, antasida, cimetidine, dan antibiotikPerubahan air dan makananBakteri pada airTanda dan GejalaUntuk dapat mengangkat diagnosis diare, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaituDSTidak adaDODefekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jamFeses lembek atau cairBila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori nutrisi dan cairan pada DiagnosisDiagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu[masalah] + [penyebab] + [tanda/gejala].Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti iniDiare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal dibuktikan dengan defekasi 4 kali dalam 24 jam, feses bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadiDiare iritasi gastrointestinal defekasi 4 kali dalam 24 jam, feses = DiarePenyebab = Iritasi gastrointestinalTanda/gejala = Defekasi… = berhubungan = dibuktikan denganPelajari lebih rinci pada “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”Luaran HYDDalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia SLKI, luaran utama untuk diagnosis diare adalah “eliminasi fekal membaik.”Eliminasi fekal membaik diberi kode dalam fekal membaik berarti proses pengeluaran feses yang mudah dengan konsistensi, frekuensi, dan bentuk feses yang hasil untuk membuktikan bahwa eliminasi fekal membaik adalahKontrol pengeluaran feses meningkatKeluhan defekasi lama dan sulit menurunMengejan saat defekasi menurunKonsistensi feses membaikFrekuensi BAB membaikPeristaltik usus membaikKetika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].ContohSetelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka eliminasi fekal membaik, dengan kriteria hasilKontrol pengeluaran feses meningkatKeluhan defekasi lama dan sulit menurunMengejan saat defekasi menurunKonsistensi feses membaikFrekuensi BAB membaikPeristaltik usus membaikPerhatikanLabel = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka eliminasi fekalEkspektasi = MembaikKriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”IntervensiSaat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/ itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia SIKI, intervensi utama untuk diagnosis diare adalahManajemen diarePemantauan cairanManajemen Diare manajemen diare dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia SIKI diberi kode diare adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola diare dan yang dilakukan pada intervensi manajemen diare berdasarkan SIKI, antara lainObservasiIdentifikasi penyebab diare mis inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres, obat-obatan, pemberian botol susuIdentifikasi Riwayat pemberian makananIdentifikasi gejala invaginasi mis tangisan keras, kepucatan pada bayiMonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi fesesMonitor tanda dan gejala hypovolemia mis takikardia, nadi teraba lemah, tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa kulit kering, CRT melambat, BB menurunMonitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianalMonitor jumlah dan pengeluaran diareMonitor keamanan penyiapan makananTerapeutikBerikan asupan cairan oral mis larutan garam gula, oralit, Pedialyte, renalytePasang jalur intravenaBerikan cairan intravena mis ringer asetat, ringer laktat, jika perluAmbil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolitAmbil sampel feses untuk kultur, jika perluEdukasiAnjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahapAnjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung laktosaAnjurkan melanjutkan pemberian ASIKolaborasiKolaborasi pemberian obat antimotilitas mis loperamide, difenoksilatKolaborasi pemberian antispasmodik/spasmolitik mis papaverine, ekstrak belladonna, mebeverineKolaborasi pemberian obat pengeras feses mis atapugit, smektit, kaolin-pektinPemantauan Cairan pemantauan cairan dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia SIKI diberi kode cairan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengumpulkan dan menganalisis data terkait pengaturan keseimbangan yang dilakukan pada intervensi pemantauan cairan berdasarkan SIKI, antara lainObservasiMonitor frekuensi dan kekuatan nadiMonitor frekuensi napasMonitor tekanan darahMonitor berat badanMonitor waktu pengisian kapilerMonitor elastisitas atau turgor kulitMonitor jumlah, warna, dan berat jenis urinMonitor kadar albumin dan protein totalMonitor hasil pemeriksaan serum mis osmolaritas serum, hematokrit, natrium, kalium, dan BUNMonitor intake dan output cairanIdentifikasi tanda-tanda hypovolemia mis frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat, hasil, lemah, konsentrasi urin meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkatIdentifikasi tanda-tanda hypervolemia mis dispnea, edema perifer, edema anasarca, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, berat badan menurun dalam waktu singkatIdentifikasi faktor risiko ketidakseimbagnan cairan mis prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi intestinal, peradangan pancreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinalTerapeutikAtur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasienDokumentasikan hasil pemantauanEdukasiJelaskan tujuan dan prosedur pemantauanDokumentasikan hasil pemantauanDiagnosis TerkaitDaftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis dan subkategori nutrisi dan cairan adalahBerat badan lebihDefisit nutrisiDisfungsi motilitas gastrointestinalHipervolemiaHipovolemiaIkterik neonatusKesiapan peningkatan keseimbangan cairanKesiapan peningkatan nutrisiKetidakstabilan kadar glukosa darahMenyusui efektifMenyusui tidak efektifObesitasRisiko berat badan lebihRisiko defisit nutrisiRisiko disfungsi motilitas gastrointestinalRisiko hipovolemiaRisiko ikterik neonatusRisiko ketidakseimbangan cairanRisiko ketidakseimbangan elektrolitRisiko ketidakstabilan kadar glukosa darahRisiko syokReferensiPPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan IndonesiaDefinisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III Revisi. Jakarta 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta PPNI.
contohaskep vomitu pada orang dewasa Inilah contoh askep vomitu pada orang dewasa dan ulasan lain yang masih berkaitan dengan topik contoh askep vomitu pada orang dewasa untuk Anda. Anda yang mencari tahu tentang contoh askep vomitu pada orang dewasa bisa membaca artikel berikut ini dengan seksama.
Untuk mendiagnosis diare dan penyebabnya, dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan, kebiasaan sehari-hari, riwayat penyakit, dan riwayat pengobatan yang pernah dijalani pasien. Jika pasien kerap mengalami diare setelah mengonsumsi makanan tertentu, dokter dapat mencurigai bahwa pasien terkena keracunan makanan, menderita intoleransi, atau memiliki alergi makanan. Untuk memastikannya, dokter akan melakukan tes alergi atau tes toleransi makanan. Bila diperlukan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti Pemeriksaan feses, untuk memeriksa bakteri atau parasit yang menyebabkan diare Tes darah, untuk mendeteksi komplikasi yang dapat terjadi akibat diare dan mendeteksi penyakit lain yang dapat menyebabkan diare Jika penyebab diare masih belum diketahui, dokter dapat melakukan kolonoskopi. Kolonoskopi dilakukan untuk mengetahui kondisi usus dan mendeteksi jika terdapat kelainan pada usus besar. Prosedur ini menggunakan alat berupa selang kecil yang dilengkapi dengan lampu dan kamera di ujungnya.
ASKEPDIARE. Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh sangat di perlukan untuk memelihara kesehatan dan fungsi tubuh. Keseimbangan adalah menjaga distribusi air dan elektrolit yang masuk dan keluar di dalam tubuh, ketidakseimbangan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan beberapa penyakit.
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIARE AKUT KARENA INFEKSI KONSEP MEDIS Pengertian Diare adalah buang air besar defekasi dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml/sekali defekasi Hendarwanto, 1999. Menurut WHO 1980 diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam atau beberapa hari. Penyebab Diare akut karena infeksi gastroenteritis dapat ditimbulkan oleh Bakteri Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolyticus, Clostridium perfrigens, Campilobacter Helicobacter jejuni, Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis. Parasit Protozoa Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Isospora sp dan Cacing A. lumbricodes, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis, T. saginata dan T. solium Virus Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk. Penelitian di RS Persahabatan Jakarta Timur 1993-1994 pada 123 pasien dewasa yang dirawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi penyebab diare akut terbanyak adalah E. coli 38 %, V. cholera Ogawa 18 % dan Aeromonas sp. 14 %. Patofisiologi Sebanyak kira-kira 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap hari yang berasal dari luar asupan diet dan dari dalam tubuh sendiri sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya. Sebagian besar jumlah tersebt diresorbsi di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan usus besar akan diresorbsi sehingga tersisa sejumlah 150-250 ml cairan ikut membentuk tinja. Faktor-faktor fisiologis yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu sama lain. Misalnya, cairan dalam lumen usus yang mengkat akan menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis karena meningkatnya volume sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu. Bagan patofisiologi diare dan mekanisme kompensasi dengan larutan gula garam secara sederhana dapat dilihat pada gambar berikut Dinding Epitel Lumen Usus Entero toksin Sel Epitel Usus AMP Siklik Cl H2O, K+, Na+, HCO3 Glukosa Na+ Glukosa H2O HCO3 Cl– Na+ K+ Vaskuler Mekanisme Kerja Enterotoksin AMP Siklik dan Cara Kompensasi dengan Larutan Gula Garam Patogenesis Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi adalah faktor kausal agent dan faktor penjamu host. Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut yang terdiri atas faktor-faktordaya tahan tubuh atau lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus dan juga mencakup flora normal usus. Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella telah terbukti dapat menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan gejala penyakit serta mengurangi kecepatan eliminasi agen sumber penyakit. Peran imunitas tubuh dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi Giardiasis yang lebih tinggi pada mereka yang kekurangan Ig-A. Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus dirangsang suatu toksoid berulangkali akan terjadi sekresi antibodi. Percobaan pada binatang menunjukkan berkurangnya perkembangan S. typhi murium pada mikroflora usus yang normal. Faktor kausal yang mempengaruhi patogenitas antara lain daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman pada lumen usus. Kuman dapat membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare. Berdasarkan kemampuan invasi kuman menembus mukosa usus, bakteri dibedakan atas Bakteri non-invasif enterotoksigenik Misalnya V. cholera/eltor, Enterotoxigenic E Coli ETEC dan C. perfringens tidak merusak mukosa, mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi yang mengaktivasi sekresi anion klorida dari sel ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion bokarbonat, natrium dan kalium sehingga tubuh akan kekurangan cairan dan elektrolit yang keluar bersama tinja. Bakteri enterovasif Misalnya Enteroinvasive E. Coli EIEC, Salmonella, Shigella, Yersinia, dan C. perfringens type CV. cholera/eltor, Enterotoxigenic E Coli dan C. perfringens. Dalam hal ini, diare terjadi akibat nekrosis dan ulserasi dinding usus. Sifat diarenya sekretorik eksudatif., dapat tercampur lendir dan darah. Walaupun demikian, infeksi oleh kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu diare koleriformis. Manifestasi Klinis Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonat HCO3 maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam pernapasan Kussmaul Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat > 120 x/menit, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut. Prinsip Penatalaksanaan Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. Memberikan terapi simtomatik Memberikan terapi definitif. 1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu 1 Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik 0,9% yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya. 2 Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus – Mengukur BJ Plasma Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus BJ Plasma – 1,025 ———————- x BB x 4 ml 0,001 – Metode Pierce Berdasarkan keadaan klinis, yakni * diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB * diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB * diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB – Metode Daldiyono Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut * Rasa haus/muntah = 1 * BP sistolik 60-90 mmHg = 1 * BP sistolik 120 x/mnt = 1 * Kesadaran apatis = 1 * Kesadaran somnolen, sopor atau koma = 2 * Frekuensi napas >30 x/mnt = 1 * Facies cholerica = 2 * Vox cholerica = 2 * Turgor kulit menurun = 1 * Washer women’s hand = 1 * Ekstremitas dingin = 1 * Sianosis = 2 * Usia 50-60 tahun = 1 * Usia >60 tahun = 2 Kebutuhan cairan = Skor ——– x 10% x kgBB x 1 ltr 15 3 Jalan masuk atau cara pemberian cairan Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi. 4 Jadual pemberian cairan Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3. 2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap. Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma. Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring. Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut 1 Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja. 2 Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah. Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi klnis diare. 3. Memberikan terapi simtomatik Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi. 4. Memberikan terapi definitif. Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi 1 Kolera-eltor Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol. 2 V. parahaemolyticus, 3 E. coli, tidak memerluka terapi spesifik 4 C. perfringens, spesifik 5 A. aureus Kloramfenikol 6 Salmonellosis Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin 7 Shigellosis Ampisilin atau Kloramfenikol 8 Helicobacter Eritromisin 9 Amebiasis Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol 10 Giardiasis Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol 11 Balantidiasis Tetrasiklin 12 Candidiasis Mycostatin 13 Virus simtomatik dan suportif KONSEP KEPERAWATAN Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. 2000 riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah Aktivitas/istirahat Gejala – Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum – Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare – Gelisah dan ansietas Sirkulasi Tanda – Takikardia reapon terhadap dehidrasi, demam, proses inflamasi dan nyeri – Hipotensi – Kulit/membran mukosa turgor jelek, kering, lidah pecah-pecah Integritas ego Gejala – Ansietas, ketakutan,, emosi kesal, perasaan tak berdaya Tanda – Respon menolak, perhatian menyempit, depresi Eliminasi Gejala – Tekstur feses cair, berlendir, disertai darah, bau anyir/busuk. – Tenesmus, nyeri/kram abdomen Tanda – Bising usus menurun atau meningkat – Oliguria/anuria Makanan dan cairan Gejala – Haus – Anoreksia – Mual/muntah – Penurunan berat badan – Intoleransi diet/sensitif terhadap buah segar, sayur, produk susu, makanan berlemak Tanda – Penurunan lemak sub kutan/massa otot – Kelemahan tonus otot, turgor kulit buruk – Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut Hygiene Tanda – Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri – Badan berbau Nyeri dan Kenyamanan Gejala – Nyeri/nyeri tekan kuadran kanan bawah, mungkin hilang dengan defekasi Tanda – Nyeri tekan abdomen, distensi. Keamanan Tanda – Peningkatan suhu pada infeksi akut, – Penurunan tingkat kesadaran, gelisah – Lesi kulit sekitar anus Seksualitas Gejala – Kemampuan menurun, libido menurun Interaksi sosial Gejala – Penurunan aktivitas sosial Penyuluhan/pembelajaran Gejala – Riwayat anggota keluarga dengan diare – Proses penularan infeksi fekal-oral – Personal higyene – Rehidrasi Tes Diagnostik Lihat konsep medis. DIAGNOSA KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas mual. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. Nyeri akut b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, perubahan status sosio-ekonomis, perubahan fungsi peran dan pola interaksi. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. INTERVENSI KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas mual Intervensi dan Rasional Berikan cairan parenteral sesuai dengan program rehidrasi – Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses. Pantau intake dan output. – Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium – Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif. – Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. Intervensi dan Rasional Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. – Menurunkan kebutuhan metabolik. Pertahankan status NPO puasa selama fase akut/ketetapan medis dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan – Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan. Kolaborasi pemberian roborantia seperti vitamin B 12 dan asam folat. – Diare menyebabkan gangguan fungsi ileus yang berakibat terjadinya malabsorbsi vitamin B 12; penggantian diperlukan untuk mengatasi depresi sum sum tulang, meningkatkan produksi SDM. – Defisiensi asam folat dapat terjadi bila diare berlanjut akibat malabsorbsi. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi. – Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut. Nyeri akut b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. Intervensi dan Rasional Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi. – Menurunkan tegangan abdomen. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen – Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan kemampuan koping. Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit – Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi. Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi – Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis. Kaji keluhan nyeri skala 1-10, perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal – Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, perubahan status sosio-ekonomis, perubahan fungsi peran dan pola interaksi. Intervensi dan Rasional Dorong klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat. – Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang lain yang mengalami masalah yang sama dengan klien. – Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian. Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien. – Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecamasan. Kolaborasi pemberian obat sedatif bila diperlukan. – Dapat digunakan sebagai anti ansitas dan meningkatkan relaksasi. Kaji perubahan tingkat kecemasan misalnya dengan indeks HARS – Mengevaluasi perkembangan kecemasan untuk menetapkan intervensi selanjutnya. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. Intervensi dan Rasional Kaji kesiapan klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan klien tentang penyakit dan perawatannya. – Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya. Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan aktivitas sehari-hari. – Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi klien dan keluarga dalam proses perawatan klien. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul. – Meningkatkan pemahaman dan partisipasi klien dalam pengobatan. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi. – Meningkatkan kemandirian dan kontrol klien terhadap kebutuhan perawatan diri. Carpenito 2000, Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, EGC, JakartaPrice & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, EGC, JakartaSoeparman & Waspadji 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta. 5 Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain : a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu b. obat-obatan atau vitamin ( A) R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C) Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor 0% found this document useful 0 votes6K views9 pagesDescriptionLaporan KasusCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes6K views9 pagesLaporan Kasus Diare Akut DewasaJump to Page You are on page 1of 9 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 8 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

Diarekondisinya dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (Fructose, Lactose), penyakit dan makana atau kelebihan Vitamin C dan biasanya disertai sakit perut dan seringkali enek dan muntah. Dimana menurut WHO (1980) diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare kronik.

Diare 1. Definisi Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah. 2. Klasifikasi Diare Diare akut Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu 1 Diare tanpa dehidrasi, 2 Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, 3 Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, 4 Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10% Diare persisten Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik. Diare kronik Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. 3. Etiologi a. Faktor Infeksi 1 Infeksi enteral Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi a Infeksi bakteri Vibrio, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. b Infeksi virus Enteroovirus Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. c Infestasi parasite Cacing Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides, protozoa Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, jamur candida albicans. 2 Infeksi parenteral Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis Media akut OMA, Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun. b. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat disakarida intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa, monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa. Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa. Malabsorbsi lemak Malabsorbsi protein c. Faktor makanan makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. d. Faktor psikologis rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar e. Faktor Pendidikan f. Faktor pekerjaan g. Faktor umur balita Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan. h. Faktor lingkungan i. Faktor Gizi Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi tempat, waktu dan orang Keluhan utama Yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang tidak normal/cair lebih banyak dari biasanya. Riwayat Keperawatan Sekarang Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran. Riwayat Keperawatan Sebelumnya Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi lebih, baik, kurang, buruk, psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Prenatal Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim. Natal Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital. Post natal Apgar skor 2 detik = dehidrasi berat Sistem Kardiovaskuler a Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin b Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulsasi ictus cordis -, adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat. c Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi. d Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kasus diare akut masih dalam batas normal batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8. e Auskultasi, pada dehidrasi berat dapat terjadi gangguan sirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah. Sistem Pernafasan a Subyektif, sesak atau tidak b Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi. c Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus -. d Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya. Sistem Pencernaan a Subyektif, Kelaparan, haus b Inspeksi BAB, konsistensi cair, padat, lembek, frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi - dan kesemitrisan abdomen. c Auskultasi, Bising usus dengan menggunakan diafragma stetoskope, peristaltik usus meningkat gurgling > 5-20 detik dengan durasi 1 detik. d Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa -, hepar dan lien tidak membesar suara tymphani. e Palpasi, adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah, massa -. Hepar dan lien tidak teraba. Sistem Perkemihan a Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya b Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, pembesaran scrotum -, rambut-. BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan. c Palpasi, adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis. Sistem Muskuloskletal a Subyektif, lemah b Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun c Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot. C. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium a Feces lengkap Makroskopis dan mikroskopis bakteri + mis. E. Coli, PH dan kadar gula, biakan dan uji resistensi b Pemeriksaan Asam Basa Analisa Blood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis respiratorik. c Pemeriksaan kadar ureum kreatinin Untuk mengetahui faal ginjal d Serum elektrolit Na, K, Ca dan Fosfor Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penurunan kesadaran dan kejang. e Pemeriksaan intubasi duodenum Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif. f Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral. D. Masalah Keperawatan 1. Diare b/d Inflamasi gastrointestinal 2. Defisit volume cairan b/d kehilangan jumlah cairan secara aktif 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien E. Intervensi Keperawatan 1. Diare b/d inflamasi gastrointestinal Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diare pasien teratasi NOC NIC 1. Tidak ada diare 2. Feses tidak ada darah dan mukus 3. Nyeri perut tidak ada 4. Pola BAB normal 5. Elektrolit normal 6. Asam basa normal 7. Hidrasi baik membran mukosa lembab, tidak panas, vital sign normal, hematokrit dan urin output dalam batas normaL Diare Management Kelola pemeriksaan kultur sensitivitas feses Evaluasi pengobatan yang berefek samping gastrointestinal Evaluasi jenis intake makanan Monitor kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi dan ulserasi Ajarkan pada keluarga penggunaan obat anti diare Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses Ajarkan pada pasien tehnik pengurangan stress jika perlu Kolaburasi jika tanda dan gejala diare menetap Monitor hasil Lab elektrolit dan leukosit Monitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator dehidrasi Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat 2. Defisit volume cairan b/d kehilangan jumlah cairan secara aktif Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam defisit volume cairan teratasi NOC NIC Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, Tekanan darah 110-120/60-90 mmHg, Nadi 60-120 x/menit, Suhu tubuh 36,5-37,5◦C, Respirasi 20-60 x/meit Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Orientasi terhadap waktu dan tempat baik Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal pH urin dalam batas normal Intake oral dan intravena adekuat Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik , jika diperlukan Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam Kolaborasi pemberian cairan IV Monitor status nutrisi Berikan cairan oral Berikan penggantian nasogatrik sesuai output 50 – 100cc/jam Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi Pasang kateter jika perlu Monitor intake dan urin output setiap 8 jam 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh gangguan absorbsi nutrien Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam nutrisi kurang teratasi NOC NIC Albumin serum dalam batas normal Hematokrit dalam batas normal Hemoglobin dalam batas normal Total iron binding capacity dalam batas normal Jumlah limfosit dalam batas normal Intake nutrisi cukup/ sesuai usia Berat badan sesuai usia Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor intake nuntrisi Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan Kelola pemberan anti emetik Anjurkan banyak minum Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval Referensi Hayati. 2009. Gizi Bayi Buku Saku Jakarta EGC Aziz, 2006, Diare, Pembunuh Utama Balita, Graha Pustaka, Jakarta. Aziz, Aimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta EGC. Betz, Cecily Lynn. 2009. Pediatri. Jakarta EGC Cholina Trisa Siregar 2004. Kebutuhan Dasar manusia Eliminasi Studi Ilmu Keperawatan Fakultas kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Corwin, J Elizabeth. 2009. Patofisiologi Buku Saku, edisi 1. Jakarta EGC. Depkes RI 2007. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, Ditjen PP&PL. Jakarta Depkes RI, 2008, Diare Penyebab Kematian Utama pada Balita di Indonesia, Depkes RI, Jakarta Sitorus, 2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak, Jakarta, Yrama Widya. Suharyono, 2002. Diare Akut Klinik dan Laboraktorik, Jakarta, Rhineka Diare 1. Definisi Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah. 2. Klasifikasi Diare Diare akut Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu 1 Diare tanpa dehidrasi, 2 Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, 3 Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, 4 Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10% Diare persisten Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik. Diare kronik Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. 3. Etiologi a. Faktor Infeksi 1 Infeksi enteral Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi a Infeksi bakteri Vibrio, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. b Infeksi virus Enteroovirus Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. c Infestasi parasite Cacing Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides, protozoa Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, jamur candida albicans. 2 Infeksi parenteral Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis Media akut OMA, Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun. b. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat disakarida intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa, monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa. Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa. Malabsorbsi lemak Malabsorbsi protein c. Faktor makanan makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. d. Faktor psikologis rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar e. Faktor Pendidikan f. Faktor pekerjaan g. Faktor umur balita Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan. h. Faktor lingkungan i. Faktor Gizi Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi tempat, waktu dan orang Keluhan utama Yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang tidak normal/cair lebih banyak dari biasanya. Riwayat Keperawatan Sekarang Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran. Riwayat Keperawatan Sebelumnya Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi lebih, baik, kurang, buruk, psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Prenatal Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim. Natal Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital. Post natal Apgar skor 2 detik = dehidrasi berat Sistem Kardiovaskuler a Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin b Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulsasi ictus cordis -, adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat. c Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi. d Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kasus diare akut masih dalam batas normal batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8. e Auskultasi, pada dehidrasi berat dapat terjadi gangguan sirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah. Sistem Pernafasan a Subyektif, sesak atau tidak b Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi. c Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus -. d Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya. Sistem Pencernaan a Subyektif, Kelaparan, haus b Inspeksi BAB, konsistensi cair, padat, lembek, frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi - dan kesemitrisan abdomen. c Auskultasi, Bising usus dengan menggunakan diafragma stetoskope, peristaltik usus meningkat gurgling > 5-20 detik dengan durasi 1 detik. d Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa -, hepar dan lien tidak membesar suara tymphani. e Palpasi, adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah, massa -. Hepar dan lien tidak teraba. Sistem Perkemihan a Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya b Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, pembesaran scrotum -, rambut-. BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan. c Palpasi, adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis. Sistem Muskuloskletal a Subyektif, lemah b Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun c Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot. C. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium a Feces lengkap Makroskopis dan mikroskopis bakteri + mis. E. Coli, PH dan kadar gula, biakan dan uji resistensi b Pemeriksaan Asam Basa Analisa Blood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis respiratorik. c Pemeriksaan kadar ureum kreatinin Untuk mengetahui faal ginjal d Serum elektrolit Na, K, Ca dan Fosfor Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penurunan kesadaran dan kejang. e Pemeriksaan intubasi duodenum Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif. f Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral. D. Masalah Keperawatan 1. Diare b/d Inflamasi gastrointestinal 2. Defisit volume cairan b/d kehilangan jumlah cairan secara aktif 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien E. Intervensi Keperawatan 1. Diare b/d inflamasi gastrointestinal Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diare pasien teratasi NOC NIC 1. Tidak ada diare 2. Feses tidak ada darah dan mukus 3. Nyeri perut tidak ada 4. Pola BAB normal 5. Elektrolit normal 6. Asam basa normal 7. Hidrasi baik membran mukosa lembab, tidak panas, vital sign normal, hematokrit dan urin output dalam batas normaL Diare Management Kelola pemeriksaan kultur sensitivitas feses Evaluasi pengobatan yang berefek samping gastrointestinal Evaluasi jenis intake makanan Monitor kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi dan ulserasi Ajarkan pada keluarga penggunaan obat anti diare Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses Ajarkan pada pasien tehnik pengurangan stress jika perlu Kolaburasi jika tanda dan gejala diare menetap Monitor hasil Lab elektrolit dan leukosit Monitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator dehidrasi Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat 2. Defisit volume cairan b/d kehilangan jumlah cairan secara aktif Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam defisit volume cairan teratasi NOC NIC Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, Tekanan darah 110-120/60-90 mmHg, Nadi 60-120 x/menit, Suhu tubuh 36,5-37,5◦C, Respirasi 20-60 x/meit Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Orientasi terhadap waktu dan tempat baik Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal pH urin dalam batas normal Intake oral dan intravena adekuat Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik , jika diperlukan Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam Kolaborasi pemberian cairan IV Monitor status nutrisi Berikan cairan oral Berikan penggantian nasogatrik sesuai output 50 – 100cc/jam Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi Pasang kateter jika perlu Monitor intake dan urin output setiap 8 jam 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh gangguan absorbsi nutrien Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam nutrisi kurang teratasi NOC NIC Albumin serum dalam batas normal Hematokrit dalam batas normal Hemoglobin dalam batas normal Total iron binding capacity dalam batas normal Jumlah limfosit dalam batas normal Intake nutrisi cukup/ sesuai usia Berat badan sesuai usia Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor intake nuntrisi Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan Kelola pemberan anti emetik Anjurkan banyak minum Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval Referensi Hayati. 2009. Gizi Bayi Buku Saku Jakarta EGC Aziz, 2006, Diare, Pembunuh Utama Balita, Graha Pustaka, Jakarta. Aziz, Aimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta EGC. Betz, Cecily Lynn. 2009. Pediatri. Jakarta EGC Cholina Trisa Siregar 2004. Kebutuhan Dasar manusia Eliminasi Studi Ilmu Keperawatan Fakultas kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Corwin, J Elizabeth. 2009. Patofisiologi Buku Saku, edisi 1. Jakarta EGC. Depkes RI 2007. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, Ditjen PP&PL. Jakarta Depkes RI, 2008, Diare Penyebab Kematian Utama pada Balita di Indonesia, Depkes RI, Jakarta Sitorus, 2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak, Jakarta, Yrama Widya. Suharyono, 2002. Diare Akut Klinik dan Laboraktorik, Jakarta, Rhineka

Untukitu saya tertarik membuat Asuhan Keperawatan Kepada Ny.''S'' umur 23 tahun dengan Gastroenteritis di Balai Pengobatan "AS SYIFA" Desa Waru Kulon Pucuk Lamongan. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan Keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada Ny."S" dengan Gastroenteritis atau diare. 1.2.2 Tujuan khusus 1) Untuk mengetahui gambaran tentang kasus Gastroenteritis yang

Diare merupakan kondisi buang air besar yang encer atau cair tiga kali dalam sehari atau lebih. Munculnya diare bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti keracunan makanan, infeksi, obat-obatan, alergi, intoleransi makanan, kondisi peradangan, dan sindrom malabsorpsi. Pada tulisan ini, Repro Note akan merangkum mengenai konsep medik dan asuhan keperawatan atau askep diare menggunakan pendekatan sdki slki dan definisi, jenis, penyebab, tanda gejala, dan komplikasi diareMemahami pemeriksaan dan penatalaksanaan medik pada penyakit diareMerumuskan diagnosa keperawatan pada askep diare dengan pendekatan sdkiMerumuskan Luaran dan kriteria hasil pada askep diare dengan pendekatan SikiMelaksanakan intervensi keperawatan pada askep diare menggunakan pendekatan sdkiimage by Asuhan Keperawatan Askep DiareDefinisiDiare didefinisikan sebagai awitan tiba-tiba 3 kali atau lebih buang air besar per hari. Diare akut pada masa kanak-kanak biasanya disebabkan oleh infeksi pada usus halus atau usus besar. Namun, banyak gangguan lain yang juga dapat menyebabkan diare seperti sindrom malabsorpsi dan berbagai enteropati. Diare dengan onset akut biasanya sembuh sendiri, namun dapat juga berlangsung durasinya, episode diare secara klasik dibedakan menjadi akut kurang dar 14 Hari dan kronis atau persisten lebih dari 14 Hari.Penyebab DiareDiare AkutPenyebab diare akut yang paling umum adalah infeksi virus, bakteri, dan parasit. Bakteri juga dapat menyebabkan keracunan makanan akut. Penyebab lainnya adalah penggunaan beberapa jenis obat-obatan yang dapat menyebabkan wisatawan atau Traveler’s DiarrheaDiare wisatawan biasanya disebabkan oleh strain ETEC enterotoksigenik E. coli yang menghasilkan racun penyebab diare, yang didapatkan saat mengunjungi wilayah atau negara yang dihasilkan oleh ETEC menyebabkan diare tiba-tiba, kram perut, mual, dan terkadang muntah. Gejala ini biasanya terjadi 3-7 hari setelah tiba di luar negeri dan umumnya mereda dalam waktu 3 hari. Kadang-kadang, bakteri atau parasit lain dapat menyebabkan diare pada wisatawan seperti Shigella, Giardia, dan virusGastroenteritis virus atau infeksi virus pada lambung dan dudenum adalah penyebab paling umum dari diare akut di seluruh gastroenteritis virus biasanya hanya berlangsung 48-72 jam dan meliputi Mual Muntah, Kram perut, dan Diare. Tidak seperti enterokolitis,pada pasien dengan gastroenteritis virus biasanya tidak terdapat darah atau nanah dalam tinja mereka dan hanya mengalami sedikit virus dapat terjadi dalam bentuk sporadis pada satu individu atau dalam bentuk epidemi pada kelompok individu. Diare sporadis mungkin disebabkan oleh beberapa strain virus yang berbeda sedangkan Penyebab paling umum dari diare epidemik adalah infeksi virus yang dikenal sebagai calicivirus dengan genus bakterialBakteri biasanya menyerang usus kecil dan usus besar dan menyebabkan enterokolitis atau radang usus kecil dan usus besar. Enterokolitis bakteri ditandai dengan tanda-tanda peradangan seperti darah atau nanah dalam tinja, demam, nyeri perut, dan jejuni adalah bakteri paling umum yang menyebabkan enterokolitis akut. Bakteri lain yang menyebabkan enterokolitis antara lain Shigella, Salmonella, dan EPEC. Bakteri ini biasanya masuk karena minum air yang terkontaminasi atau makan makanan yang terkontaminasi seperti sayuran, unggas, dan produk difficile juga merupakan infeksi nosokomial yang paling sering menyebabkan diare. Sayangnya, infeksi juga meningkat di antara orang-orang yang tidak pernah minum antibiotik atau dirawat di rumah coli O157H7 adalah strain yang menghasilkan toksin yang menyebabkan enterokolitis hemoragik. Wabah enterokolitis hemoragik yang terkenal di AS yang ditelusuri dari daging giling yang terkontaminasi dalam hamburger sehingga sering disebut kolitis kecil pasien yang terinfeksi E. coli, terutama anak-anak dapat mengalami hemolytic uremic syndrome HUS, suatu sindrom yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Beberapa bukti menunjukkan bahwa penggunaan agen anti-diare yang berkepanjangan atau penggunaan antibiotik dapat meningkatkan kemungkinan perkembangan MakananKeracunan makanan biasanya disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh bakteri. Toksin menyebabkan sakit perut, kram dan muntah, dan menyebabkan usus mengeluarkan air dalam jumlah besar yang menyebabkan beberapa bakteri, toksin diproduksi di dalam makanan sebelum dimakan, sedangkan pada bakteri lain, toksin diproduksi di usus setelah makanan aureus adalah contoh bakteri yang menghasilkan racun dalam makanan. Biasanya, makanan yang terkontaminasi Staphylococcus seperti salad, daging, atau sandwich dengan mayones dibiarkan tidak didinginkan pada suhu kamar perfringens adalah contoh bakteri yang berkembang biak dalam makanan seperti makanan kaleng, dan menghasilkan toksin di usus setelah makanan yang terkontaminasi Giardia lamblia terjadi pada individu yang mendaki gunung atau bepergian ke luar negeri dan ditularkan melalui air minum yang amuba atau amoebiasis biasanya terjadi selama perjalanan ke luar negeri ke negara-negara berkembang dan dikaitkan dengan tanda-tanda peradangan, darah atau nanah dalam tinja dan adalah parasit penyebab diare yang disebarkan oleh air yang terkontaminasi karena dapat bertahan dari klorinasi. Cyclospora adalah parasit penyebab diare yang dikaitkan dengan raspberry yang terkontaminasi dari obatanBeberapa jenis obat seperti antasida dan suplemen magnesium dapat menyebabkan diare. Diare akibat obat obatan biasanya muncul segera setelah pengobatan dengan obat tertentu KronisSindrom iritasi ususSindrom iritasi usus atau Irritable bowel syndrome IBS adalah penyebab fungsional diare atau sembelit. Secara fisik, peradangan biasanya tidak ada di usus yang terkena. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa masalah mendasar yang berbeda, tetapi diyakini bahwa penyebab paling umum adalah sensitifitas dan aliran cepat isi usus melalui usus InfeksiBeberapa penyakit infeksi dapat menyebabkan diare kronis, misalnya Giardia lamblia. Pasien dengan AIDS sering mengalami infeksi kronis pada usus mereka yang menyebabkan bakteri usus yang berlebihan. Bakteri yang merupakan flora normal pada kolon dapat menyebar dari usus besar dan masuk ke usus kecil. Ketika ini terjadi, dapat menjadi pemicu terjadinya infeksiSetelah infeksi virus, bakteri, atau parasit akut, beberapa individu dapat mengalami diare kronis. Hal ini diperkirakan terjadi karena potensi pertumbuhan mikroorganisme usus yang berlebihan. Mereka juga ditemukan memiliki kelainan, baik mikroskopis atau biokimia yang menunjukkan bahwa mungkin ada radang ususPenyakit radang usus atau inflammatory bowel disease IBD seperti Penyakit Crohn dan kolitis ulseratif, yaitu penyakit yang menyebabkan radang usus kecil atau usus besar, umumnya menyebabkan diare usus besarKanker usus besar dapat menyebabkan diare atau sembelit. Jika kanker menghalangi jalannya feses, biasanya akan menyebabkan konstipasi. Diare atau sembelit yang disebabkan oleh kanker biasanya bersifat progresif, yaitu menjadi semakin karbohidratMalabsorpsi karbohidrat adalah ketidakmampuan untuk mencerna dan menyerap gula. Malabsorpsi gula yang paling sering terjadi adalah laktosa atau intoleransi susu, di mana produk susu yang mengandung gula susu atau laktosa menyebabkan tidak dipecah di usus karena tidak adanya enzim usus yaitu laktase yang biasanya memecah laktosa menjadi komponen gula galaktosa dan glukosa. Jika tidak dipecah, laktosa tidak dapat diserap ke dalam tubuh. Laktosa yang tidak tercerna menarik air melalui osmosis ke dalam usus itu, laktosa juga dicerna oleh bakteri usus besar menjadi gas hidrogen dan metana serta bahan kimia yang mendorong retensi atau sekresi cairan di usus besar, dan pada akhirnya menyebabkan lemakMalabsorbsi lemak bisa disebabkan karena kurangnya sekresi pankreas yang dibutuhkan untuk metabolisme lemak seperti pada pankreatitis atau kanker pankreas. Bisa juga di sebabkan oleh penyakit pada lapisan usus kecil yang mencegah penyerapan lemaks eperti penyakit yang tidak tercerna masuk ke usus besar tempat bakteri mengubahnya menjadi zat yang menyebabkan peningkatan sekresi air oleh usus halus dan usus besar dan pada akhirnya menyebabkan kondisi normal usus halus dan kolon menyerap 99% cairan yang dihasilkan dari asupan oral dan sekresi saluran gastrointestinal, jumlah cairan total sekitar 9 dari 10 L setiap hari. Jadi, pengurangan kecil saja yaitu sekitar 1% penyerapan air usus atau peningkatan sekresi dapat meningkatkan kadar air yang signifikan untuk menyebabkan mekanisme dasar yang paling umum adalah peningkatan beban osmotik, peningkatan sekresi/penurunan penyerapan, serta penurunan waktu kontak/luas permukaan. Pada banyak gangguan, lebih dari satu mekanisme aktif. Misalnya, diare pada penyakit radang usus disebabkan oleh peradangan mukosa, eksudasi ke dalam lumen, dan dari berbagai sekretagog dan toksin bakteri yang mempengaruhi fungsi osmotikDiare terjadi ketika zat terlarut yang tidak dapat diserap dan larut dalam air tetap berada di usus dan menahan air. Zat terlarut tersebut antara lain polietilen glikol, garam magnesium hidroksida, sulfat, dan natrium osmotik terjadi pada intoleransi gula seperti intoleransi laktosa yang disebabkan oleh defisiensi laktase. Hexitols seperti sorbitol, manitol, xylitol atau sirup jagung fruktosa tinggi, yang digunakan sebagai pengganti gula dalam permen, dan jus buah, dapat menyebabkan diare osmotik karena hexitols diserap dengan yang digunakan sebagai pencahar, menyebabkan diare dengan mekanisme serupa. Mengonsumsi makanan tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan diare sekresi dan penurunan penyerapanDiare terjadi ketika usus mengeluarkan lebih banyak elektrolit dan air daripada yang bisa diserap. Penyebab peningkatan sekresi antara lain infeksi, lemak yang tidak diserap, obat-obatan tertentu, dan berbagai secret intrinsik dan adalah penyebab paling umum dari diare sekretori. Infeksi yang dikombinasikan dengan keracunan makanan adalah penyebab paling umum dari diare akut dengan durasi <4 hari. Kebanyakan enterotoksin memblokir pertukaran natrium-kalium yang merupakan kekuatan pendorong penting untuk penyerapan cairan di usus kecil dan usus makanan dan asam empedu yang tidak diserap seperti pada sindrom malabsorpsi dan setelah reseksi ileum dapat merangsang sekresi kolon dan menyebabkan dapat merangsang sekresi usus secara langsung, misalnya quinidine, kina, colchicine, katartik antrakuinon, minyak jarak, dan prostaglandin. Atau bisa juga secara tidak langsung dengan mengganggu penyerapan lemak seperti tumor endokrin menghasilkan secretagogues, seperti vipomas peptida usus vasoaktif, gastrinoma gastrin, mastositosis histamin, karsinoma meduler tiroid kalsitonin dan prostaglandin, dan tumor karsinoid histamin, serotonin, dan polipeptida. Beberapa mediator ini seperti prostaglandin, serotonin, dan senyawa terkait juga bisa mempercepat transit usus, transit kolon, atau penyerapan garam empedu dapat menyebabkan diare dengan merangsang sekresi air dan elektrolit. Ciri khasnya adalah kotoran memiliki warna hijau atau waktu kontak dengan area permukaanTransit usus yang cepat dan berkurangnya luas permukaan mengganggu penyerapan cairan dan menyebabkan diare. Penyebab umum antara lain reseksi atau bypass usus kecil atau usus besar, reseksi lambung, dan penyakit radang lain seperti kolitis mikroskopis kolitis kolagen atau limfositik dan penyakit seliaka. Hipertiroidisme juga dapat menyebabkan diare karena percepatan transit pada saluran otot polos usus oleh obat-obatan seperti antasida yang mengandung magnesium, pencahar, inhibitor kolinesterase, inhibitor reuptake serotonin selektif atau agen humoral seperti prostaglandin dan serotonin juga dapat mempercepat dan GejalaTanda dan gejala utama diare adalah buang air besar yang encer dan cair tiga kali atau lebih dalam dan gejala lain yang bisa muncul yaituKramKehilangan kontrol buang air besarMual muntahNyeri perutTinja berdarahDemam dan menggigilPusingPemeriksaan PenunjangDiare akut biasanya tidak memerlukan pemeriksaan penunjang, kecuali pada pasien dengan tanda-tanda dehidrasi, tinja berdarah, demam, sakit parah, hipotensi, atau gejala toksik. Pemeriksaan yang biasa dilakukan meliputi darah lengkap dan pengukuran elektrolit, nitrogen urea darah, dan kreatinin. Sampel feses harus dikumpulkan untuk pemeriksaan mikroskopis, kultur, dan jika antibiotik telah diminum baru-baru ini, perlu dilakukan uji toksin Clostridium kronis memerlukan evaluasi pada pasien dengan gangguan sistem imun atau mereka yang tampak sakit parah. Evaluasi diagnostik harus diarahkan oleh riwayat dan pemeriksaan awal harus mencakup pemeriksaan feses untuk darah samar, lemak, elektrolit, dan antigen Giardia, hitung darah lengkap dengan diferensial, serologi celiac transglutaminase jaringan IgA. Pemeriksaan mikroskopis untuk telur dan parasit harus dilakukan untuk pasien dengan riwayat perjalanan baru-baru ini dari daerah berisiko feses untuk Clostridium difficile harus dilakukan pada pasien dengan paparan antibiotik baru-baru ini atau dugaan infeksi C. difficile. Sigmoidoskopi atau kolonoskopi dengan biopsi harus dilakukan untuk mencari penyebab diare yang paling umum adalah dehidrasi, yang terjadi ketika kehilangan cairan dan mineral elektrolit secara berlebihan dari tubuh akibat diare, dengan atau tanpa sering terjadi pada pasien dewasa dengan diare akut yang memiliki feses encer dalam jumlah besar, terutama ketika asupan cairan berkurang berhubungan dengan mual dan juga sering terjadi pada bayi dan anak kecil yang mengalami gastroenteritis virus atau infeksi bakteri. Pasien dengan dehidrasi ringan mungkin hanya mengalami rasa haus dan mulut sedang hingga berat dapat menyebabkan hipotensi ortostatik, pingsan atau pusing saat berdiri karena berkurangnya volume darah, yang menyebabkan penurunan tekanan darah. Output urin berkurang, kelemahan, syok, gagal ginjal, kebingungan, asidosis, dan hilang dengan cairan ketika diare berkepanjangan atau parah, dan defisiensi mineral atau elektrolit dapat terjadi. Defisiensi yang paling umum terjadi dengan natrium dan kalium, klorida dan MedikDiare memerlukan penggantian cairan dan elektrolit baik oral atau parenteral untuk memperbaiki dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan parenteral yang mengandung natrium klorida, kalium klorida, dan glukosa umumnya diperlukan. Larutan glukosa-elektrolit oral dapat diberikan jika diare tidak parah dan mual dan muntah minimal. Cairan oral dan parenteral kadang-kadang diberikan secara bersamaan ketika air dan elektrolit harus diganti dalam jumlah adalah gejala, bila memungkinkan gangguan yang mendasarinya harus diobati, tetapi pengobatan simtomatik seringkali diperlukan. Diare dapat dikurangi dengan loperamide, difenoksilat, kodein fosfat oral, atau cairan oral paregoric camphorated opium tingtur. Kaolin, pektin, dan attapulgit teraktivasi dapat menyerap antidiare dapat memperburuk kolitis C. difficile atau meningkatkan kemungkinan sindrom hemolitik-uremik pada infeksi Escherichia coli penghasil toksin Shiga, obat ini tidak boleh digunakan pada diare berdarah dengan penyebab yang tidak diketahui. Penggunaannya juga harus dibatasi pada pasien dengan diare cair dan tidak ada tanda-tanda toksisitas Keperawatan Askep Diare Pendekatan SDKI, SLKI, SIKIPengkajianPada askep diare, fokus pengkajian meliputi Keluhan ketidaknyamanan perut, nyeri, kram, frekuensi, urgensi, feses encer atau cair, dan sensasi usus pola defekasi, penilaian pola buang air besar akan membantu pengobatan feses untuk membedakan organisme etiologi potensial terhadap susu dan produk susu lainnya. Pasien dengan intoleransi laktosa memiliki enzim laktase yang tidak mencukupi untuk mencerna makanan. Makanan tertentu dapat memicu saraf usus dan menyebabkan peningkatan peristaltik. Makanan pedas, berlemak, atau tinggi karbohidrat, kafein, makanan bebas gula dengan sorbitol, atau makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan penyiapan makanan. Diare juga dapat disebabkan oleh makanan yang tidak dimasak dengan benar, makanan yang terkontaminasi bakteri selama persiapan, dan makanan yang tidak dijaga pada suhu yang yang sedang atau telah dikonsumsi pasien. Obat-obatan tertentu seperti pencahar dan antibiotik biasanya menyebabkan diare. suplemen magnesium dan kalsium juga dapat menyebabkan pola makan. Perubahan jadwal makan dapat menyebabkan perubahan fungsi usus dan dapat menyebabkan saat ini. Individu tertentu merespons stres dengan hiperaktivitas saluran hidrasi, seperti Masukan dan keluaranKelembaban selaput lendir. Dehidrasi menyebabkan selaput lendir kulit. Penurunan turgor kulit dan pengencangan kulit terjadi pada Penyakit gastrointestinal seperti gastroenteritis dan penyakit Crohn dapat menyebabkan malabsorpsi dan menyebabkan diare Perjalanan ke luar negeri, konsumsi produk susu yang tidak dipasteurisasi, atau minum air yang tidak kondisi kulit perianal. Kotoran diare mungkin sangat korosif sebagai akibat dari peningkatan kandungan dampak emosional dari penyakit dan rawat inap. Hilangnya kontrol eliminasi usus yang terjadi dengan diare dapat menyebabkan perasaan malu dan penurunan harga Luaran, dan Intervensi Keperawatan1. Diare b/d Inflamasi Gatrointestinal, proses infeksi, atau malabsorpsi Eliminasi Fekal Membaik pengeluaran feses meningkatUrgensi menurunNyeri abdomen menurunKram abdomen menurunKonsistensi feses membaikFrekuensi defekasi membaikPeristaltik usus membaikIntervensi Manajemen Diare penyebab diareIdentifikasi riwayat pemberian makananIdentifikasi gejala invaginasiMonitor warna, volume, frekwensi, dan konsistensi tinjaMonitor tanda dan gejala hipovolemiaMonitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianalMonitor jumlah pengeluaran diareMonitor keamanan penyiapan makananBerikan asupan cairan oral, misalnya larutan gula garam, oralit, atau pedialitPasang jalur kanulasi intravena infusBerikan cairan intravena jika perluAmbil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolitAmbil sampel feses untuk kultur jika perluAnjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahapAnjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung laktosaAnjurkan melanjutkan pemberian ASIKolaborasi pemberian obat antimotilitasKolaborasi pemberian obat antispasmodikKolaborasi pemberian obat pengeras feses seperti atapulgit2. Hipovolemia b/d Kehilangan cairan aktif Status Cairan Membaik nadi meningkatTurgor kulit meningkatOutput Urin meningkatPerasaan lemah menurunKeluhan Haus menurunKonsentrasi urin menurunIntake cairan membaikFrekwensi nadi, tekanan darah, dan tekanan nadi membaikIntervensi Manajemen Hipovolemia tanda-tanda hipovolemiaMonitor intake dan output cairanHitung kebutuhan cairanBerikan posisi modified trendelenburgBerikan asupan cairan oralAnjurkan menghindari perubahan posisi mendadakKolaborasi pemberian cairan IV isotonikKolaborasi pemberian cairan IV HipotonikKolaborasi pemberian cairan IV koloidKolaborasi pemberian produk darah3. Risiko ketidakseimbangan Elektrolit b/d Diare Keseimbangan Elektrolit Meningkat L03021Kadar serum elektrolit dalam batas normalSerum natrium meningkatSerum kalium meningkatSerum klorida meningkatIntervensi Pemantauan Elektrolit kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolitMonitor kadar elektrolit serumMonitor mual muntah dan diareMonitor kehilangan cairan jika perluMonitor tanda dan gejala hipokalemia seperti kelemahan otot, interval QT memanjang, gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen ST, kelelahan, parestesia, penurunan refleks, dan tanda dan gejala hiponatremia seperti diorientasi, otot berkedut, sakit kepala, membran mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi, dan penurunan tanda dan gejala hipokalsemia seperti peka rangsang, tanda chvostekspasme otot wajah, tanda trousseau spasme karpal, kram otot, dan interval QT interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasienDokumentasikan hasil pemantauan4. Risiko Syok b/d Kekurangan Volume Cairan Tingkat Syok Meningkat nadi meningkatOutput urin meningkatAkral dingin, pucat, dan haus menurunTekanan darah, tekanan nadi, pengisisan kapiler, dan frekwensi nadi membaikIntervensi Pencegahan Syok status kardiopulmonal seperti frekwensi dan kekuatan nadi, frekwensi nafas, Tekanan darah, dan MAPMonitor Status Oksigenasi seperti oksimetri dan AGDMonitor Status cairan seperti masukan dan haluaran, turgor kulit, dan CRTMonitor tingkat kesadaran dan respon pupilPasang jalur IV jika perluPasang kateter urin untuk menilai produksi urin jika perluJelaskan penyebab dan faktor resiko syokJelaskan tanda dan gejala awal syokAnjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syokAnjurkan memperbanyak asupan cairan oralKolaborasi pemberian cairan IV jika perluKolaborasi pemberian tranfusi darah jika perluReferensi 2006. Diarrhea Overview. Cologne, Germany Institute for Quality and Efficiency in Health Care IQWiG. Guandalini. 2020. Diarrhea. Med Scape. Clinic. 2020. Diarrhea. W Marks. 2020. Diarrhea. Medicine Net. Gotfried. 2020. Diarrhea. MSD Manual Professional Version. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. JakartaPPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. JakartaPPNI, 2019. Standart I Luaran Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta A Latar Belakang . Diare merupakan sebuah penyakit di saat tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Di negara berkembang, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya. Diare merupakan keluhan yang 0% found this document useful 0 votes33 views15 pagesDescriptioncontoh kasus askep diareCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes33 views15 pagesASKEP DiareJump to Page You are on page 1of 15 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 13 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Diareadalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari) yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal.1-4 Diare terbagi menjadi diare Akut dan Kronik.Diare akut berdurasi 2 minggu atau kurang, sedangkan diare kronis lamanya lebih dari 2 minggu.
O governador do Ceará, Elamano de Freitas PT, decretou nesta terça-feira 6, ponto facultativo no expediente dos órgãos da administração pública estadual devido a comemoração de Corpus Christi nesta quinta-feira 8. "Bom dia a todas e a todos! Assinei ontem [segunda-feira] decreto que determina ponto facultativo na próxima quinta-feira 8, Dia de Corpus Christi, e na sexta-feira 9. A decisão vale para os órgãos da administração pública estadual", disse o gestor do executivo. O documento, publicado no Diário Oficial do Estado, assegura o funcionamento das atividades essenciais, como segurança, saúde e fornecimento de água, entre outros. Corpus Christi O dia de Corpus Christi, que neste ano é comemorado na próxima quinta-feira, 8 de junho, não é um feriado nacional. Corpus Christi só é considerado feriado se estiver previsto em lei estadual ou municipal. Em latim, Corpus Christi significa "Corpo de Cristo", e é justamente o que a festa da Igreja Católica celebra nesta data. A celebração de Corpus Christi acontece sempre em uma quinta-feira porque faz alusão à Quinta-feira Santa, que acontece três dias antes da Páscoa, e remete à eucaristia, feita por Jesus exatamente naquele dia da semana. Assista às notícias do Ceará no g1 em 1 Minuto
Pneumoniadapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan iminitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas yaitu: 1. Akut berair ditandai dengan feses cair yang berlangsung selama beberapa hari, kebanyakan disebabkan oleh infeksi norovirus atau rotavirus. Akut berdarah atau disentri ditandai dengan feses berdarah dan berlendir. Penyebabnya adalah infeksi bakteri E. histolytica atau S. bacillus. 2. Diare kronis Ini adalah penyakit diare yang dapat berlangsung selama empat minggu atau lebih. Gejalanya sudah ada dalam waktu yang lama dan berkembang secara perlahan. Kondisi ini kurang umum dan biasanya disebabkan oleh kondisi medis, alergi, obat-obatan, atau infeksi kronis. Gangguan pencernaan pemicunya adalah sindrom iritasi usus besar IBS, penyakit Crohn, atau kolitis ulseratif. 3. Diare persisten Kondisi ini adalah buang air menerus yang berlangsung lebih dari dua minggu, tapi tidak lebih dari empat minggu. Durasi buang air lebih lama daripada jenis akut, tapi lebih singkat dibandingkan jenis kronis. Diare persisten terbagi menjadi dua. Osmotik makanan di usus tidak dapat diserap dengan baik sehingga cairan berlebih terbuang bersama feses. Sekretori gangguan sistem pembuangan pada usus kecil atau usus besar dalam menyerap elektrolit. Tanda dan gejala diare Frekuensi BAB yang normal bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung banyak faktor. Salah satu ciri pencernaan sehat adalah pola BAB teratur. Seseorang dikatakan mengalami memiliki penyakit diare bila frekuensi BAB-nya lebih sering dari biasanya. Gejala diare yang umumnya timbul, yaitu feses lembek dan cair, feses keluar dalam jumlah yang banyak, sakit dan kram perut, kembung mual dan muntah, selalu ada hasrat ingin BAB, demam, dehidrasi, serta feses berdarah. Kapan harus periksa ke dokter? Segera periksa ke dokter apabila mengalami hal-hal sebagai berikut. Tidak sembuh selama 2 hari lebih. Mengganggu kegiatan sehari-hari atau tidur malam. Feses menghitam atau berdarah. Demam di atas 39 °Celsius. Haus terus-menerus dan bibir kering. Tubuh lemas. Penyebab diare Berikut penyebab diare yang mungkin terjadi. Infeksi E. coli atau Salmonella akibat makanan yang tidak steril atau telah terkontaminasi. Infeksi virus, seperti rotavirus, adenovirus, norovirus, dan astrovirus. Intoleransi, sensitivitas yang tinggi, atau alergi terhadap makanan tertentu. Efek samping obat tertentu seperti antibiotik atau antasida. Penyakit radang usus atau penyakit celiac. Terlalu banyak makan makanan manis sehingga perut tidak bisa mencerna gula dengan baik. Faktor risiko diare Berikut berbagai hal yang membuat Anda rentan mengalami menceret. Jarang mencuci tangan setelah ke toilet. Penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak bersih. Jarang membersihkan dapur dan toilet. Terlalu banyak makan pedas, minum minuman kopi, teh, soda, atau permen karet yang mengandung gula yang sulit diserap. Bepergian jauh, kondisi ini juga disebut dengan diare wisatawan. Konsumsi makanan sisa yang sudah basi. Sumber air yang tidak bersih. Konsumsi makanan mentah. Komplikasi diare Buang air besar menerus bisa segera sembuh dengan perawatan yang tepat. Namun, jika dibiarkan, gangguan pencernaan ini bisa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Berikut berbagai komplikasinya. 1. Malnutrisi BAB cair yang terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan malnutrisi. Pasalnya, buang air berlebih dalam waktu lebih dari sebulan bisa membuat tubuh kehilangan terlalu banyak vitamin, mineral, protein, dan lemak. Kondisi ini juga dapat menurunkan berat badan dengan cara yang tidak sehat. Ini terjadi karena tubuh tidak menyerap cukup karbohidrat dan kalori dari makanan yang Anda makan. 2. Perdarahan dan iritasi Penyakit diare jangka panjang dapat menyebabkan iritasi pada usus besar atau rektum. Iritasi biasanya berbentuk luka yang membuat jaringan usus menjadi rapuh. Selain itu, iritasi dapat menyebabkan perdarahan pada usus maupun feses yang keluar. 3. Dehidrasi Buang-buang air bisa menyebabkan dehidrasi karena Anda kehilangan banyak cairan tubuh. Dehidrasi ringan dapat mudah diatasi dengan memperbanyak asupan cairan, baik dari air putih, oralit, atau makanan berkuah. Akan tetapi, penyakit diare kronis bisa menyebabkan dehidrasi parah yang berbahaya. Kondisi ini mengakibatkan penurunan volume dan perubahan warna urine, kelelahan, sakit kepala ringan, dan penurunan tekanan darah. Ada pula risiko komplikasi serius, seperti penyakit ginjal, kejang, asidosis metabolik, hingga syok hipovolemik akibat terlalu banyak kehilangan cairan. Syok hipovolemik dapat menyebabkan pingsan, bahkan kematian. 4. Septikemia Septikemia terjadi ketika seseorang mengalami keracunan akibat masuknya bakteri ke dalam aliran darah. Komplikasi ini cukup langka dan biasanya hanya terjadi pada orang yang mengalami penyakit diare parah akibat infeksi bakteri Clostridium difficile. Bakteri ini menyerang usus besar dan menyebabkan peradangan pada dindingnya. Peradangan membuat darah menggumpal sehingga oksigen tak bisa mencapai organ yang dituju. Akibatnya, organ dapat mengalami kegagalan fungsi. Diagnosis diare Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan fisik dan melihat riwayat medis Anda untuk mencari tahu penyebab buang-buang air. Dokter biasanya akan menanyakan beberapa hal, seperti gejala yang Anda rasakan, seberapa sering Anda buang air besar, makanan sebelum buang-buang air yang Anda konsumsi, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, dan ada atau tidaknya gejala selain sakit perut yang dialami. Pada beberapa kasus, dokter akan meminta Anda untuk melakukan tes kesehatan tambahan. Berikut adalah beberapa pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan. Pemeriksaan darah mengukur kadar elektrolit dan ginjal untuk melihat keparahan diare. Tes feses melihat adanya bakteri atau parasit yang menyebabkan BAB cair dan sering. Sigmoidoskopi fleksibel atau kolonoskopi memasukkan tabung tipis dan lentur berkamera dari rektum untuk melihat usus besar Anda. Tes hidrogen napas mengukur kadar hidrogen untuk memastikan adanya toleransi laktosa. Pengobatan diare Diare sebaiknya diberi pengobatan secara medis untuk menurunkan risiko komplikasi. 1. Pengobatan secara medis Berikut beberapa jenis obat diare medis. Attapulgite menyerap sejumlah besar bakteri atau racun yang ada di dalam pencernaan. Cairan elektrolit atau larutan oralit mencegah dehidrasi. Bismuth subsalicylate mengurangi aliran cairan dan elektrolit ke dalam usus, mengurangi peradangan, dan membunuh kuman penyebab menceret. Loperamide memperlambat pergerakan pada sistem pencernaan dan memadatkan feses. Perawatan rumahan diare Selain mengonsumsi obat-obatan dari dokter, Anda perlu mengetahui cara mengatasi diare di rumah. Apa saja? 1. Hindari makanan penyebab diare Berikut makanan penyebab diare yang perlu dihindari. Minuman dan makanan yang terbuat dari susu. Makanan berat, berlemak, berminyak, dan pedas. Minuman yang mengandung kafein, seperti kopi dan teh. 2. Makan sehat dengan diet BRAT Selama masa pemulihan, tubuh Anda memerlukan nutrisi dari makanan. Maka dari itu, pilihlah makanan yang sehat dan mudah dicerna. Anda bisa mengikuti pola makan BRAT Bananas, Rice, Applesauce, Toast. Makanan yang dikonsumsi pada pola BRAT terdiri dari makanan berserat rendah, rasa yang cenderung hambar, dan mudah dicerna, seperti nasi, saus apel, pisang, dan roti. Makanan tersebut baik dikonsumsi saat organ pencernaan sedang bermasalah. 3. Istirahat yang cukup Anda harus beristirahat sebanyak mungkin dan disarankan untuk berhenti beraktivitas sementara waktu. Hal tersebut berguna untuk memulihkan tenaga yang telah dihabiskan akibat bolak-balik buang air besar. Pencegahan diare Berikut cara mencegah diare yang perlu dilakukan setiap saat. Mengonsumsi makanan matang. Cuci tangan yang benar menggunakan air dan sabun selama 20 detik sebelum dan sesudah menyiapkan makanan, setelah menggunakan toilet, mengganti popok, bersin, batuk, dan membuang ingus. Bersihkan permukaan benda-benda yang sering disentuh dengan disinfektan seperti pegangan pintu, remote, ponsel, dan meja. Diare adalah BAB cair dan terjadi selama tiga kali atau lebih dalam sehari. Kondisi ini harus segera diatasi karena rentan memicu dehidrasi. Bila terjadi pada anak-anak, lakukan pertolongan pertama untuk diare anak dengan meminumkan oralit, lalu awasi keluhan dan gejala yang dialami. 3z0KDDq.
  • dzci1p5m7u.pages.dev/978
  • dzci1p5m7u.pages.dev/770
  • dzci1p5m7u.pages.dev/681
  • dzci1p5m7u.pages.dev/902
  • dzci1p5m7u.pages.dev/32
  • dzci1p5m7u.pages.dev/783
  • dzci1p5m7u.pages.dev/970
  • dzci1p5m7u.pages.dev/721
  • dzci1p5m7u.pages.dev/576
  • dzci1p5m7u.pages.dev/504
  • dzci1p5m7u.pages.dev/876
  • dzci1p5m7u.pages.dev/918
  • dzci1p5m7u.pages.dev/167
  • dzci1p5m7u.pages.dev/970
  • dzci1p5m7u.pages.dev/331
  • contoh askep diare pada orang dewasa