Diarekondisinya dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (Fructose, Lactose), penyakit dan makana atau kelebihan Vitamin C dan biasanya disertai sakit perut dan seringkali enek dan muntah. Dimana menurut WHO (1980) diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare kronik.
Diare 1. Definisi Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah. 2. Klasifikasi Diare Diare akut Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu 1 Diare tanpa dehidrasi, 2 Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, 3 Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, 4 Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10% Diare persisten Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik. Diare kronik Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. 3. Etiologi a. Faktor Infeksi 1 Infeksi enteral Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi a Infeksi bakteri Vibrio, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. b Infeksi virus Enteroovirus Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. c Infestasi parasite Cacing Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides, protozoa Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, jamur candida albicans. 2 Infeksi parenteral Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis Media akut OMA, Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun. b. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat disakarida intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa, monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa. Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa. Malabsorbsi lemak Malabsorbsi protein c. Faktor makanan makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. d. Faktor psikologis rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar e. Faktor Pendidikan f. Faktor pekerjaan g. Faktor umur balita Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan. h. Faktor lingkungan i. Faktor Gizi Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi tempat, waktu dan orang Keluhan utama Yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang tidak normal/cair lebih banyak dari biasanya. Riwayat Keperawatan Sekarang Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran. Riwayat Keperawatan Sebelumnya Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi lebih, baik, kurang, buruk, psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Prenatal Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim. Natal Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital. Post natal Apgar skor 2 detik = dehidrasi berat Sistem Kardiovaskuler a Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin b Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulsasi ictus cordis -, adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat. c Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi. d Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kasus diare akut masih dalam batas normal batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8. e Auskultasi, pada dehidrasi berat dapat terjadi gangguan sirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah. Sistem Pernafasan a Subyektif, sesak atau tidak b Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi. c Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus -. d Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya. Sistem Pencernaan a Subyektif, Kelaparan, haus b Inspeksi BAB, konsistensi cair, padat, lembek, frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi - dan kesemitrisan abdomen. c Auskultasi, Bising usus dengan menggunakan diafragma stetoskope, peristaltik usus meningkat gurgling > 5-20 detik dengan durasi 1 detik. d Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa -, hepar dan lien tidak membesar suara tymphani. e Palpasi, adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah, massa -. Hepar dan lien tidak teraba. Sistem Perkemihan a Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya b Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, pembesaran scrotum -, rambut-. BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan. c Palpasi, adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis. Sistem Muskuloskletal a Subyektif, lemah b Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun c Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot. C. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium a Feces lengkap Makroskopis dan mikroskopis bakteri + mis. E. Coli, PH dan kadar gula, biakan dan uji resistensi b Pemeriksaan Asam Basa Analisa Blood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis respiratorik. c Pemeriksaan kadar ureum kreatinin Untuk mengetahui faal ginjal d Serum elektrolit Na, K, Ca dan Fosfor Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penurunan kesadaran dan kejang. e Pemeriksaan intubasi duodenum Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif. f Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral. D. Masalah Keperawatan 1. Diare b/d Inflamasi gastrointestinal 2. Defisit volume cairan b/d kehilangan jumlah cairan secara aktif 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien E. Intervensi Keperawatan 1. Diare b/d inflamasi gastrointestinal Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diare pasien teratasi NOC NIC 1. Tidak ada diare 2. Feses tidak ada darah dan mukus 3. Nyeri perut tidak ada 4. Pola BAB normal 5. Elektrolit normal 6. Asam basa normal 7. Hidrasi baik membran mukosa lembab, tidak panas, vital sign normal, hematokrit dan urin output dalam batas normaL Diare Management Kelola pemeriksaan kultur sensitivitas feses Evaluasi pengobatan yang berefek samping gastrointestinal Evaluasi jenis intake makanan Monitor kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi dan ulserasi Ajarkan pada keluarga penggunaan obat anti diare Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses Ajarkan pada pasien tehnik pengurangan stress jika perlu Kolaburasi jika tanda dan gejala diare menetap Monitor hasil Lab elektrolit dan leukosit Monitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator dehidrasi Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat 2. Defisit volume cairan b/d kehilangan jumlah cairan secara aktif Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam defisit volume cairan teratasi NOC NIC Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, Tekanan darah 110-120/60-90 mmHg, Nadi 60-120 x/menit, Suhu tubuh 36,5-37,5◦C, Respirasi 20-60 x/meit Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Orientasi terhadap waktu dan tempat baik Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal pH urin dalam batas normal Intake oral dan intravena adekuat Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik , jika diperlukan Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam Kolaborasi pemberian cairan IV Monitor status nutrisi Berikan cairan oral Berikan penggantian nasogatrik sesuai output 50 – 100cc/jam Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi Pasang kateter jika perlu Monitor intake dan urin output setiap 8 jam 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh gangguan absorbsi nutrien Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam nutrisi kurang teratasi NOC NIC Albumin serum dalam batas normal Hematokrit dalam batas normal Hemoglobin dalam batas normal Total iron binding capacity dalam batas normal Jumlah limfosit dalam batas normal Intake nutrisi cukup/ sesuai usia Berat badan sesuai usia Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor intake nuntrisi Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan Kelola pemberan anti emetik Anjurkan banyak minum Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval Referensi Hayati. 2009. Gizi Bayi Buku Saku Jakarta EGC Aziz, 2006, Diare, Pembunuh Utama Balita, Graha Pustaka, Jakarta. Aziz, Aimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta EGC. Betz, Cecily Lynn. 2009. Pediatri. Jakarta EGC Cholina Trisa Siregar 2004. Kebutuhan Dasar manusia Eliminasi Studi Ilmu Keperawatan Fakultas kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Corwin, J Elizabeth. 2009. Patofisiologi Buku Saku, edisi 1. Jakarta EGC. Depkes RI 2007. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, Ditjen PP&PL. Jakarta Depkes RI, 2008, Diare Penyebab Kematian Utama pada Balita di Indonesia, Depkes RI, Jakarta Sitorus, 2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak, Jakarta, Yrama Widya. Suharyono, 2002. Diare Akut Klinik dan Laboraktorik, Jakarta, Rhineka Diare 1. Definisi Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah. 2. Klasifikasi Diare Diare akut Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu 1 Diare tanpa dehidrasi, 2 Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, 3 Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, 4 Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10% Diare persisten Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik. Diare kronik Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. 3. Etiologi a. Faktor Infeksi 1 Infeksi enteral Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi a Infeksi bakteri Vibrio, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. b Infeksi virus Enteroovirus Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. c Infestasi parasite Cacing Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides, protozoa Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, jamur candida albicans. 2 Infeksi parenteral Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis Media akut OMA, Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun. b. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat disakarida intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa, monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa. Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa. Malabsorbsi lemak Malabsorbsi protein c. Faktor makanan makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. d. Faktor psikologis rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar e. Faktor Pendidikan f. Faktor pekerjaan g. Faktor umur balita Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan. h. Faktor lingkungan i. Faktor Gizi Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi tempat, waktu dan orang Keluhan utama Yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang tidak normal/cair lebih banyak dari biasanya. Riwayat Keperawatan Sekarang Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran. Riwayat Keperawatan Sebelumnya Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi lebih, baik, kurang, buruk, psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Prenatal Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim. Natal Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital. Post natal Apgar skor 2 detik = dehidrasi berat Sistem Kardiovaskuler a Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin b Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulsasi ictus cordis -, adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat. c Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi. d Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kasus diare akut masih dalam batas normal batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8. e Auskultasi, pada dehidrasi berat dapat terjadi gangguan sirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah. Sistem Pernafasan a Subyektif, sesak atau tidak b Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi. c Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus -. d Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya. Sistem Pencernaan a Subyektif, Kelaparan, haus b Inspeksi BAB, konsistensi cair, padat, lembek, frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi - dan kesemitrisan abdomen. c Auskultasi, Bising usus dengan menggunakan diafragma stetoskope, peristaltik usus meningkat gurgling > 5-20 detik dengan durasi 1 detik. d Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa -, hepar dan lien tidak membesar suara tymphani. e Palpasi, adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah, massa -. Hepar dan lien tidak teraba. Sistem Perkemihan a Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya b Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, pembesaran scrotum -, rambut-. BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan. c Palpasi, adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis. Sistem Muskuloskletal a Subyektif, lemah b Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun c Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot. C. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium a Feces lengkap Makroskopis dan mikroskopis bakteri + mis. E. Coli, PH dan kadar gula, biakan dan uji resistensi b Pemeriksaan Asam Basa Analisa Blood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis respiratorik. c Pemeriksaan kadar ureum kreatinin Untuk mengetahui faal ginjal d Serum elektrolit Na, K, Ca dan Fosfor Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penurunan kesadaran dan kejang. e Pemeriksaan intubasi duodenum Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif. f Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral. D. Masalah Keperawatan 1. Diare b/d Inflamasi gastrointestinal 2. Defisit volume cairan b/d kehilangan jumlah cairan secara aktif 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien E. Intervensi Keperawatan 1. Diare b/d inflamasi gastrointestinal Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diare pasien teratasi NOC NIC 1. Tidak ada diare 2. Feses tidak ada darah dan mukus 3. Nyeri perut tidak ada 4. Pola BAB normal 5. Elektrolit normal 6. Asam basa normal 7. Hidrasi baik membran mukosa lembab, tidak panas, vital sign normal, hematokrit dan urin output dalam batas normaL Diare Management Kelola pemeriksaan kultur sensitivitas feses Evaluasi pengobatan yang berefek samping gastrointestinal Evaluasi jenis intake makanan Monitor kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi dan ulserasi Ajarkan pada keluarga penggunaan obat anti diare Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses Ajarkan pada pasien tehnik pengurangan stress jika perlu Kolaburasi jika tanda dan gejala diare menetap Monitor hasil Lab elektrolit dan leukosit Monitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator dehidrasi Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat 2. Defisit volume cairan b/d kehilangan jumlah cairan secara aktif Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam defisit volume cairan teratasi NOC NIC Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, Tekanan darah 110-120/60-90 mmHg, Nadi 60-120 x/menit, Suhu tubuh 36,5-37,5◦C, Respirasi 20-60 x/meit Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Orientasi terhadap waktu dan tempat baik Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal pH urin dalam batas normal Intake oral dan intravena adekuat Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik , jika diperlukan Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam Kolaborasi pemberian cairan IV Monitor status nutrisi Berikan cairan oral Berikan penggantian nasogatrik sesuai output 50 – 100cc/jam Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi Pasang kateter jika perlu Monitor intake dan urin output setiap 8 jam 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh gangguan absorbsi nutrien Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam nutrisi kurang teratasi NOC NIC Albumin serum dalam batas normal Hematokrit dalam batas normal Hemoglobin dalam batas normal Total iron binding capacity dalam batas normal Jumlah limfosit dalam batas normal Intake nutrisi cukup/ sesuai usia Berat badan sesuai usia Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor intake nuntrisi Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan Kelola pemberan anti emetik Anjurkan banyak minum Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval Referensi Hayati. 2009. Gizi Bayi Buku Saku Jakarta EGC Aziz, 2006, Diare, Pembunuh Utama Balita, Graha Pustaka, Jakarta. Aziz, Aimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta EGC. Betz, Cecily Lynn. 2009. Pediatri. Jakarta EGC Cholina Trisa Siregar 2004. Kebutuhan Dasar manusia Eliminasi Studi Ilmu Keperawatan Fakultas kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Corwin, J Elizabeth. 2009. Patofisiologi Buku Saku, edisi 1. Jakarta EGC. Depkes RI 2007. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, Ditjen PP&PL. Jakarta Depkes RI, 2008, Diare Penyebab Kematian Utama pada Balita di Indonesia, Depkes RI, Jakarta Sitorus, 2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak, Jakarta, Yrama Widya. Suharyono, 2002. Diare Akut Klinik dan Laboraktorik, Jakarta, RhinekaUntukitu saya tertarik membuat Asuhan Keperawatan Kepada Ny.''S'' umur 23 tahun dengan Gastroenteritis di Balai Pengobatan "AS SYIFA" Desa Waru Kulon Pucuk Lamongan. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan Keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada Ny."S" dengan Gastroenteritis atau diare. 1.2.2 Tujuan khusus 1) Untuk mengetahui gambaran tentang kasus Gastroenteritis yang
Diare merupakan kondisi buang air besar yang encer atau cair tiga kali dalam sehari atau lebih. Munculnya diare bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti keracunan makanan, infeksi, obat-obatan, alergi, intoleransi makanan, kondisi peradangan, dan sindrom malabsorpsi. Pada tulisan ini, Repro Note akan merangkum mengenai konsep medik dan asuhan keperawatan atau askep diare menggunakan pendekatan sdki slki dan definisi, jenis, penyebab, tanda gejala, dan komplikasi diareMemahami pemeriksaan dan penatalaksanaan medik pada penyakit diareMerumuskan diagnosa keperawatan pada askep diare dengan pendekatan sdkiMerumuskan Luaran dan kriteria hasil pada askep diare dengan pendekatan SikiMelaksanakan intervensi keperawatan pada askep diare menggunakan pendekatan sdkiimage by Asuhan Keperawatan Askep DiareDefinisiDiare didefinisikan sebagai awitan tiba-tiba 3 kali atau lebih buang air besar per hari. Diare akut pada masa kanak-kanak biasanya disebabkan oleh infeksi pada usus halus atau usus besar. Namun, banyak gangguan lain yang juga dapat menyebabkan diare seperti sindrom malabsorpsi dan berbagai enteropati. Diare dengan onset akut biasanya sembuh sendiri, namun dapat juga berlangsung durasinya, episode diare secara klasik dibedakan menjadi akut kurang dar 14 Hari dan kronis atau persisten lebih dari 14 Hari.Penyebab DiareDiare AkutPenyebab diare akut yang paling umum adalah infeksi virus, bakteri, dan parasit. Bakteri juga dapat menyebabkan keracunan makanan akut. Penyebab lainnya adalah penggunaan beberapa jenis obat-obatan yang dapat menyebabkan wisatawan atau Traveler’s DiarrheaDiare wisatawan biasanya disebabkan oleh strain ETEC enterotoksigenik E. coli yang menghasilkan racun penyebab diare, yang didapatkan saat mengunjungi wilayah atau negara yang dihasilkan oleh ETEC menyebabkan diare tiba-tiba, kram perut, mual, dan terkadang muntah. Gejala ini biasanya terjadi 3-7 hari setelah tiba di luar negeri dan umumnya mereda dalam waktu 3 hari. Kadang-kadang, bakteri atau parasit lain dapat menyebabkan diare pada wisatawan seperti Shigella, Giardia, dan virusGastroenteritis virus atau infeksi virus pada lambung dan dudenum adalah penyebab paling umum dari diare akut di seluruh gastroenteritis virus biasanya hanya berlangsung 48-72 jam dan meliputi Mual Muntah, Kram perut, dan Diare. Tidak seperti enterokolitis,pada pasien dengan gastroenteritis virus biasanya tidak terdapat darah atau nanah dalam tinja mereka dan hanya mengalami sedikit virus dapat terjadi dalam bentuk sporadis pada satu individu atau dalam bentuk epidemi pada kelompok individu. Diare sporadis mungkin disebabkan oleh beberapa strain virus yang berbeda sedangkan Penyebab paling umum dari diare epidemik adalah infeksi virus yang dikenal sebagai calicivirus dengan genus bakterialBakteri biasanya menyerang usus kecil dan usus besar dan menyebabkan enterokolitis atau radang usus kecil dan usus besar. Enterokolitis bakteri ditandai dengan tanda-tanda peradangan seperti darah atau nanah dalam tinja, demam, nyeri perut, dan jejuni adalah bakteri paling umum yang menyebabkan enterokolitis akut. Bakteri lain yang menyebabkan enterokolitis antara lain Shigella, Salmonella, dan EPEC. Bakteri ini biasanya masuk karena minum air yang terkontaminasi atau makan makanan yang terkontaminasi seperti sayuran, unggas, dan produk difficile juga merupakan infeksi nosokomial yang paling sering menyebabkan diare. Sayangnya, infeksi juga meningkat di antara orang-orang yang tidak pernah minum antibiotik atau dirawat di rumah coli O157H7 adalah strain yang menghasilkan toksin yang menyebabkan enterokolitis hemoragik. Wabah enterokolitis hemoragik yang terkenal di AS yang ditelusuri dari daging giling yang terkontaminasi dalam hamburger sehingga sering disebut kolitis kecil pasien yang terinfeksi E. coli, terutama anak-anak dapat mengalami hemolytic uremic syndrome HUS, suatu sindrom yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Beberapa bukti menunjukkan bahwa penggunaan agen anti-diare yang berkepanjangan atau penggunaan antibiotik dapat meningkatkan kemungkinan perkembangan MakananKeracunan makanan biasanya disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh bakteri. Toksin menyebabkan sakit perut, kram dan muntah, dan menyebabkan usus mengeluarkan air dalam jumlah besar yang menyebabkan beberapa bakteri, toksin diproduksi di dalam makanan sebelum dimakan, sedangkan pada bakteri lain, toksin diproduksi di usus setelah makanan aureus adalah contoh bakteri yang menghasilkan racun dalam makanan. Biasanya, makanan yang terkontaminasi Staphylococcus seperti salad, daging, atau sandwich dengan mayones dibiarkan tidak didinginkan pada suhu kamar perfringens adalah contoh bakteri yang berkembang biak dalam makanan seperti makanan kaleng, dan menghasilkan toksin di usus setelah makanan yang terkontaminasi Giardia lamblia terjadi pada individu yang mendaki gunung atau bepergian ke luar negeri dan ditularkan melalui air minum yang amuba atau amoebiasis biasanya terjadi selama perjalanan ke luar negeri ke negara-negara berkembang dan dikaitkan dengan tanda-tanda peradangan, darah atau nanah dalam tinja dan adalah parasit penyebab diare yang disebarkan oleh air yang terkontaminasi karena dapat bertahan dari klorinasi. Cyclospora adalah parasit penyebab diare yang dikaitkan dengan raspberry yang terkontaminasi dari obatanBeberapa jenis obat seperti antasida dan suplemen magnesium dapat menyebabkan diare. Diare akibat obat obatan biasanya muncul segera setelah pengobatan dengan obat tertentu KronisSindrom iritasi ususSindrom iritasi usus atau Irritable bowel syndrome IBS adalah penyebab fungsional diare atau sembelit. Secara fisik, peradangan biasanya tidak ada di usus yang terkena. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa masalah mendasar yang berbeda, tetapi diyakini bahwa penyebab paling umum adalah sensitifitas dan aliran cepat isi usus melalui usus InfeksiBeberapa penyakit infeksi dapat menyebabkan diare kronis, misalnya Giardia lamblia. Pasien dengan AIDS sering mengalami infeksi kronis pada usus mereka yang menyebabkan bakteri usus yang berlebihan. Bakteri yang merupakan flora normal pada kolon dapat menyebar dari usus besar dan masuk ke usus kecil. Ketika ini terjadi, dapat menjadi pemicu terjadinya infeksiSetelah infeksi virus, bakteri, atau parasit akut, beberapa individu dapat mengalami diare kronis. Hal ini diperkirakan terjadi karena potensi pertumbuhan mikroorganisme usus yang berlebihan. Mereka juga ditemukan memiliki kelainan, baik mikroskopis atau biokimia yang menunjukkan bahwa mungkin ada radang ususPenyakit radang usus atau inflammatory bowel disease IBD seperti Penyakit Crohn dan kolitis ulseratif, yaitu penyakit yang menyebabkan radang usus kecil atau usus besar, umumnya menyebabkan diare usus besarKanker usus besar dapat menyebabkan diare atau sembelit. Jika kanker menghalangi jalannya feses, biasanya akan menyebabkan konstipasi. Diare atau sembelit yang disebabkan oleh kanker biasanya bersifat progresif, yaitu menjadi semakin karbohidratMalabsorpsi karbohidrat adalah ketidakmampuan untuk mencerna dan menyerap gula. Malabsorpsi gula yang paling sering terjadi adalah laktosa atau intoleransi susu, di mana produk susu yang mengandung gula susu atau laktosa menyebabkan tidak dipecah di usus karena tidak adanya enzim usus yaitu laktase yang biasanya memecah laktosa menjadi komponen gula galaktosa dan glukosa. Jika tidak dipecah, laktosa tidak dapat diserap ke dalam tubuh. Laktosa yang tidak tercerna menarik air melalui osmosis ke dalam usus itu, laktosa juga dicerna oleh bakteri usus besar menjadi gas hidrogen dan metana serta bahan kimia yang mendorong retensi atau sekresi cairan di usus besar, dan pada akhirnya menyebabkan lemakMalabsorbsi lemak bisa disebabkan karena kurangnya sekresi pankreas yang dibutuhkan untuk metabolisme lemak seperti pada pankreatitis atau kanker pankreas. Bisa juga di sebabkan oleh penyakit pada lapisan usus kecil yang mencegah penyerapan lemaks eperti penyakit yang tidak tercerna masuk ke usus besar tempat bakteri mengubahnya menjadi zat yang menyebabkan peningkatan sekresi air oleh usus halus dan usus besar dan pada akhirnya menyebabkan kondisi normal usus halus dan kolon menyerap 99% cairan yang dihasilkan dari asupan oral dan sekresi saluran gastrointestinal, jumlah cairan total sekitar 9 dari 10 L setiap hari. Jadi, pengurangan kecil saja yaitu sekitar 1% penyerapan air usus atau peningkatan sekresi dapat meningkatkan kadar air yang signifikan untuk menyebabkan mekanisme dasar yang paling umum adalah peningkatan beban osmotik, peningkatan sekresi/penurunan penyerapan, serta penurunan waktu kontak/luas permukaan. Pada banyak gangguan, lebih dari satu mekanisme aktif. Misalnya, diare pada penyakit radang usus disebabkan oleh peradangan mukosa, eksudasi ke dalam lumen, dan dari berbagai sekretagog dan toksin bakteri yang mempengaruhi fungsi osmotikDiare terjadi ketika zat terlarut yang tidak dapat diserap dan larut dalam air tetap berada di usus dan menahan air. Zat terlarut tersebut antara lain polietilen glikol, garam magnesium hidroksida, sulfat, dan natrium osmotik terjadi pada intoleransi gula seperti intoleransi laktosa yang disebabkan oleh defisiensi laktase. Hexitols seperti sorbitol, manitol, xylitol atau sirup jagung fruktosa tinggi, yang digunakan sebagai pengganti gula dalam permen, dan jus buah, dapat menyebabkan diare osmotik karena hexitols diserap dengan yang digunakan sebagai pencahar, menyebabkan diare dengan mekanisme serupa. Mengonsumsi makanan tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan diare sekresi dan penurunan penyerapanDiare terjadi ketika usus mengeluarkan lebih banyak elektrolit dan air daripada yang bisa diserap. Penyebab peningkatan sekresi antara lain infeksi, lemak yang tidak diserap, obat-obatan tertentu, dan berbagai secret intrinsik dan adalah penyebab paling umum dari diare sekretori. Infeksi yang dikombinasikan dengan keracunan makanan adalah penyebab paling umum dari diare akut dengan durasi <4 hari. Kebanyakan enterotoksin memblokir pertukaran natrium-kalium yang merupakan kekuatan pendorong penting untuk penyerapan cairan di usus kecil dan usus makanan dan asam empedu yang tidak diserap seperti pada sindrom malabsorpsi dan setelah reseksi ileum dapat merangsang sekresi kolon dan menyebabkan dapat merangsang sekresi usus secara langsung, misalnya quinidine, kina, colchicine, katartik antrakuinon, minyak jarak, dan prostaglandin. Atau bisa juga secara tidak langsung dengan mengganggu penyerapan lemak seperti tumor endokrin menghasilkan secretagogues, seperti vipomas peptida usus vasoaktif, gastrinoma gastrin, mastositosis histamin, karsinoma meduler tiroid kalsitonin dan prostaglandin, dan tumor karsinoid histamin, serotonin, dan polipeptida. Beberapa mediator ini seperti prostaglandin, serotonin, dan senyawa terkait juga bisa mempercepat transit usus, transit kolon, atau penyerapan garam empedu dapat menyebabkan diare dengan merangsang sekresi air dan elektrolit. Ciri khasnya adalah kotoran memiliki warna hijau atau waktu kontak dengan area permukaanTransit usus yang cepat dan berkurangnya luas permukaan mengganggu penyerapan cairan dan menyebabkan diare. Penyebab umum antara lain reseksi atau bypass usus kecil atau usus besar, reseksi lambung, dan penyakit radang lain seperti kolitis mikroskopis kolitis kolagen atau limfositik dan penyakit seliaka. Hipertiroidisme juga dapat menyebabkan diare karena percepatan transit pada saluran otot polos usus oleh obat-obatan seperti antasida yang mengandung magnesium, pencahar, inhibitor kolinesterase, inhibitor reuptake serotonin selektif atau agen humoral seperti prostaglandin dan serotonin juga dapat mempercepat dan GejalaTanda dan gejala utama diare adalah buang air besar yang encer dan cair tiga kali atau lebih dalam dan gejala lain yang bisa muncul yaituKramKehilangan kontrol buang air besarMual muntahNyeri perutTinja berdarahDemam dan menggigilPusingPemeriksaan PenunjangDiare akut biasanya tidak memerlukan pemeriksaan penunjang, kecuali pada pasien dengan tanda-tanda dehidrasi, tinja berdarah, demam, sakit parah, hipotensi, atau gejala toksik. Pemeriksaan yang biasa dilakukan meliputi darah lengkap dan pengukuran elektrolit, nitrogen urea darah, dan kreatinin. Sampel feses harus dikumpulkan untuk pemeriksaan mikroskopis, kultur, dan jika antibiotik telah diminum baru-baru ini, perlu dilakukan uji toksin Clostridium kronis memerlukan evaluasi pada pasien dengan gangguan sistem imun atau mereka yang tampak sakit parah. Evaluasi diagnostik harus diarahkan oleh riwayat dan pemeriksaan awal harus mencakup pemeriksaan feses untuk darah samar, lemak, elektrolit, dan antigen Giardia, hitung darah lengkap dengan diferensial, serologi celiac transglutaminase jaringan IgA. Pemeriksaan mikroskopis untuk telur dan parasit harus dilakukan untuk pasien dengan riwayat perjalanan baru-baru ini dari daerah berisiko feses untuk Clostridium difficile harus dilakukan pada pasien dengan paparan antibiotik baru-baru ini atau dugaan infeksi C. difficile. Sigmoidoskopi atau kolonoskopi dengan biopsi harus dilakukan untuk mencari penyebab diare yang paling umum adalah dehidrasi, yang terjadi ketika kehilangan cairan dan mineral elektrolit secara berlebihan dari tubuh akibat diare, dengan atau tanpa sering terjadi pada pasien dewasa dengan diare akut yang memiliki feses encer dalam jumlah besar, terutama ketika asupan cairan berkurang berhubungan dengan mual dan juga sering terjadi pada bayi dan anak kecil yang mengalami gastroenteritis virus atau infeksi bakteri. Pasien dengan dehidrasi ringan mungkin hanya mengalami rasa haus dan mulut sedang hingga berat dapat menyebabkan hipotensi ortostatik, pingsan atau pusing saat berdiri karena berkurangnya volume darah, yang menyebabkan penurunan tekanan darah. Output urin berkurang, kelemahan, syok, gagal ginjal, kebingungan, asidosis, dan hilang dengan cairan ketika diare berkepanjangan atau parah, dan defisiensi mineral atau elektrolit dapat terjadi. Defisiensi yang paling umum terjadi dengan natrium dan kalium, klorida dan MedikDiare memerlukan penggantian cairan dan elektrolit baik oral atau parenteral untuk memperbaiki dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan parenteral yang mengandung natrium klorida, kalium klorida, dan glukosa umumnya diperlukan. Larutan glukosa-elektrolit oral dapat diberikan jika diare tidak parah dan mual dan muntah minimal. Cairan oral dan parenteral kadang-kadang diberikan secara bersamaan ketika air dan elektrolit harus diganti dalam jumlah adalah gejala, bila memungkinkan gangguan yang mendasarinya harus diobati, tetapi pengobatan simtomatik seringkali diperlukan. Diare dapat dikurangi dengan loperamide, difenoksilat, kodein fosfat oral, atau cairan oral paregoric camphorated opium tingtur. Kaolin, pektin, dan attapulgit teraktivasi dapat menyerap antidiare dapat memperburuk kolitis C. difficile atau meningkatkan kemungkinan sindrom hemolitik-uremik pada infeksi Escherichia coli penghasil toksin Shiga, obat ini tidak boleh digunakan pada diare berdarah dengan penyebab yang tidak diketahui. Penggunaannya juga harus dibatasi pada pasien dengan diare cair dan tidak ada tanda-tanda toksisitas Keperawatan Askep Diare Pendekatan SDKI, SLKI, SIKIPengkajianPada askep diare, fokus pengkajian meliputi Keluhan ketidaknyamanan perut, nyeri, kram, frekuensi, urgensi, feses encer atau cair, dan sensasi usus pola defekasi, penilaian pola buang air besar akan membantu pengobatan feses untuk membedakan organisme etiologi potensial terhadap susu dan produk susu lainnya. Pasien dengan intoleransi laktosa memiliki enzim laktase yang tidak mencukupi untuk mencerna makanan. Makanan tertentu dapat memicu saraf usus dan menyebabkan peningkatan peristaltik. Makanan pedas, berlemak, atau tinggi karbohidrat, kafein, makanan bebas gula dengan sorbitol, atau makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan penyiapan makanan. Diare juga dapat disebabkan oleh makanan yang tidak dimasak dengan benar, makanan yang terkontaminasi bakteri selama persiapan, dan makanan yang tidak dijaga pada suhu yang yang sedang atau telah dikonsumsi pasien. Obat-obatan tertentu seperti pencahar dan antibiotik biasanya menyebabkan diare. suplemen magnesium dan kalsium juga dapat menyebabkan pola makan. Perubahan jadwal makan dapat menyebabkan perubahan fungsi usus dan dapat menyebabkan saat ini. Individu tertentu merespons stres dengan hiperaktivitas saluran hidrasi, seperti Masukan dan keluaranKelembaban selaput lendir. Dehidrasi menyebabkan selaput lendir kulit. Penurunan turgor kulit dan pengencangan kulit terjadi pada Penyakit gastrointestinal seperti gastroenteritis dan penyakit Crohn dapat menyebabkan malabsorpsi dan menyebabkan diare Perjalanan ke luar negeri, konsumsi produk susu yang tidak dipasteurisasi, atau minum air yang tidak kondisi kulit perianal. Kotoran diare mungkin sangat korosif sebagai akibat dari peningkatan kandungan dampak emosional dari penyakit dan rawat inap. Hilangnya kontrol eliminasi usus yang terjadi dengan diare dapat menyebabkan perasaan malu dan penurunan harga Luaran, dan Intervensi Keperawatan1. Diare b/d Inflamasi Gatrointestinal, proses infeksi, atau malabsorpsi Eliminasi Fekal Membaik pengeluaran feses meningkatUrgensi menurunNyeri abdomen menurunKram abdomen menurunKonsistensi feses membaikFrekuensi defekasi membaikPeristaltik usus membaikIntervensi Manajemen Diare penyebab diareIdentifikasi riwayat pemberian makananIdentifikasi gejala invaginasiMonitor warna, volume, frekwensi, dan konsistensi tinjaMonitor tanda dan gejala hipovolemiaMonitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianalMonitor jumlah pengeluaran diareMonitor keamanan penyiapan makananBerikan asupan cairan oral, misalnya larutan gula garam, oralit, atau pedialitPasang jalur kanulasi intravena infusBerikan cairan intravena jika perluAmbil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolitAmbil sampel feses untuk kultur jika perluAnjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahapAnjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung laktosaAnjurkan melanjutkan pemberian ASIKolaborasi pemberian obat antimotilitasKolaborasi pemberian obat antispasmodikKolaborasi pemberian obat pengeras feses seperti atapulgit2. Hipovolemia b/d Kehilangan cairan aktif Status Cairan Membaik nadi meningkatTurgor kulit meningkatOutput Urin meningkatPerasaan lemah menurunKeluhan Haus menurunKonsentrasi urin menurunIntake cairan membaikFrekwensi nadi, tekanan darah, dan tekanan nadi membaikIntervensi Manajemen Hipovolemia tanda-tanda hipovolemiaMonitor intake dan output cairanHitung kebutuhan cairanBerikan posisi modified trendelenburgBerikan asupan cairan oralAnjurkan menghindari perubahan posisi mendadakKolaborasi pemberian cairan IV isotonikKolaborasi pemberian cairan IV HipotonikKolaborasi pemberian cairan IV koloidKolaborasi pemberian produk darah3. Risiko ketidakseimbangan Elektrolit b/d Diare Keseimbangan Elektrolit Meningkat L03021Kadar serum elektrolit dalam batas normalSerum natrium meningkatSerum kalium meningkatSerum klorida meningkatIntervensi Pemantauan Elektrolit kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolitMonitor kadar elektrolit serumMonitor mual muntah dan diareMonitor kehilangan cairan jika perluMonitor tanda dan gejala hipokalemia seperti kelemahan otot, interval QT memanjang, gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen ST, kelelahan, parestesia, penurunan refleks, dan tanda dan gejala hiponatremia seperti diorientasi, otot berkedut, sakit kepala, membran mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi, dan penurunan tanda dan gejala hipokalsemia seperti peka rangsang, tanda chvostekspasme otot wajah, tanda trousseau spasme karpal, kram otot, dan interval QT interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasienDokumentasikan hasil pemantauan4. Risiko Syok b/d Kekurangan Volume Cairan Tingkat Syok Meningkat nadi meningkatOutput urin meningkatAkral dingin, pucat, dan haus menurunTekanan darah, tekanan nadi, pengisisan kapiler, dan frekwensi nadi membaikIntervensi Pencegahan Syok status kardiopulmonal seperti frekwensi dan kekuatan nadi, frekwensi nafas, Tekanan darah, dan MAPMonitor Status Oksigenasi seperti oksimetri dan AGDMonitor Status cairan seperti masukan dan haluaran, turgor kulit, dan CRTMonitor tingkat kesadaran dan respon pupilPasang jalur IV jika perluPasang kateter urin untuk menilai produksi urin jika perluJelaskan penyebab dan faktor resiko syokJelaskan tanda dan gejala awal syokAnjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syokAnjurkan memperbanyak asupan cairan oralKolaborasi pemberian cairan IV jika perluKolaborasi pemberian tranfusi darah jika perluReferensi 2006. Diarrhea Overview. Cologne, Germany Institute for Quality and Efficiency in Health Care IQWiG. Guandalini. 2020. Diarrhea. Med Scape. Clinic. 2020. Diarrhea. W Marks. 2020. Diarrhea. Medicine Net. Gotfried. 2020. Diarrhea. MSD Manual Professional Version. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. JakartaPPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. JakartaPPNI, 2019. Standart I Luaran Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta A Latar Belakang . Diare merupakan sebuah penyakit di saat tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Di negara berkembang, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya. Diare merupakan keluhan yang 0% found this document useful 0 votes33 views15 pagesDescriptioncontoh kasus askep diareCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes33 views15 pagesASKEP DiareJump to Page You are on page 1of 15 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 13 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.